Ceritanya saya upload salah satu foto kelas saya di Facebook, dengan komentar: "Ini bukan jam kosong (yaealah, ini gurunya lagi moto2)."
Terus salah satu kontak komen, "Gurunya lagi bete."
Saya membantah, "Nggak kok, gurunya lagi hepi."
Et dah dia masih keukeuh, "Lagi malez..."
Memang kadang hal ini terjadi di kelas. Saya memang ditinggal sendirian di depan, iseng juga karena ga bawa buku, jadi kadang foto-fotoin anak-anak yang lagi seliweran. Tapi saya tidak sedang bete, tidak juga sedang males. Kalau guru sudah sibuk (= mempersiapkan aktivitas mandiri untuk siswa), maka seringkali dia kelihatan santai di kelas.
Hehehehe, bukannya sewot sih atas komentar my dear friend di FB itu, tapi memang ga asik kalo kita mudah menilai dari luar (sedang mengingatkan diri sendiri). Kelas saya biasanya berisik, anak-anak seliweran, tapi bukan berarti kami sedang tidak belajar.
Tapi gaya saya ini biasanya belum dipahami oleh anak kelas X, kelas paling muda. Bila saya keluar pakem sedikit saja, mereka sudah menganggapnya "Kita boleh main, Bu Irma ga ngasih pelajaran hari ini!" Alhasil, kelas jadi ribut sekali. Beberapa malah pernah nongkrong di koridor, sampai saya harus menjelaskan, bahwa apapun yang saya lakukan, makan comro atau menggunting-lipat-gaya-anak-tk, semuanya termasuk belajar, punya tujuan, dan berlandaskan teori.
Biasanya, anak kelas XI sudah terbiasa hingga kelas berjalan lancar. Di kelas XII apalagi, karena mereka belajar dengan portofolio, bukan buku catatan biasa, maka belajar-gaya-anak-tk dan belajar-sambil-makan sepertinya sudah jadi kebiasaan.
No comments:
Post a Comment