Bila ada yang bilang ku tak baik,
Jangan kau dengar....
Begitu kan, lirik lagunya BCL? Tadinya saya mendengarnya sekilas lalu saja, menikmatinya sebagai lagu cinta biasa, sampai awal tahun ajaran ini dimulai. Apa pasal? karena pada rembukan tentang pembagian ruang, salah satu guru yang meminta SMA (unit saya) menempati ruang lantai 2. Dan saya tersinggung.
Kenapa memangnya kalau SMA menempati lantai 2? Ya gapapa, karena bukan lokasi yang jadi masalah. Alasan bapak guru tersebut yang
bikin kesel, yaitu demi keamanan dan ketertiban.
Gubrak! Memangnya siswa saya itu para kriminal? >_<#
Saya cuma menanggapi, "Anak yang aktif itu biasanya pinter-pinter, Pak." Tapi ngomongnya dengan kalem, kan 'demi keamanan dan ketertiban' =_=;.
Ketika bertemu dengan anak-anak panitia MBS (Masa Bimbingan Studi) yang tak tau apa-apa, saya dengan sisa-sisa rasa mangkel di hati mengulangi lirik lagu BCL dengan sedikit perubahan, "Kalau ada yang bilang kalian bukan anak baik, jangan kalian dengar. Kalau ada yang bilang kalian ga keren, bandel, susah diatur, jangan kalian percaya."
Kenapa saya bilang gitu? Karena saya yang mengajar anak-anak ini. Saya yang tahu mereka, dan guru dari unit lain ga berhak omong sembarangan tentang siswa-siswa saya. Panitia MBS ini tentu tidak tahu menahu kenapa saya tiba-tiba bicara seperti itu, tapi yang penting 'penguatan' itu telah dilakukan. Mereka pun sepertinya paham maksud saya.
Dari Mbak Gita Lovusa, saya belajar tentang sesuatu yang bernama konsep diri. Konsep diri menurut para ahli diartikan sebagai bagaimana diri mempersepsi fisik, sosial dan psikologi diri sendiri berdasarkan pengalaman dan interaksi diri dengan orang lain. Konsep diri seseorang dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain harapan orang tua, sikap anggota keluarga, kematangan biologis, sikap terhadap teman sebaya, efek dari media, dsb.
Ketika anak mendapat konsep diri negatif di luar sekolah, bukankah
kita para guru, yang harus memperbaiki hal tersebut? Sudah bukan jamannya lagi mencap anak dengan sebutan-sebutan semacam bodoh, ga punya otak, o'on, bandel, susah diatur, dan sejenisnya.
Tentu seluruh dunia sudah membaca buku Totto-chan, bukan? Betapa Sosaku Kobayashi, sang kepala sekolah di Tomoe Gakuen, rajin sekali berkata pada muridnya, "Kamu anak baik, kamu tahu? Kamu benar-benar anak baik." Padahal Tomoe Gakuen berdiri di masa perang dunia kedua. Lha kalau sekarang masih ada guru yang mencap buruk anak-anak didik mereka, kemenong aje bo?
Eh, tapi kan siswanya ga tau kalo kita menganggap mereka bodoh dan nakal. Yang tau guru-guru aja, pas ngegosip sambil makan bakwan waktu jam istirahat. Tapi lagi-lagi ga bisa begitu. Anak-anak ini menangkap 'pandangan' kita lebih cepat daripada menangkap apapun yang kita ajarkan. Mereka tau loh, jika guru menganggap mereka o'on, karena terbaca dari gesture dan nada suara gurunya.
Tapi hal yang berkaitan dengan konsep diri bukan hanya kejadian di atas saja. Satu pengalaman lain saya dapatkan ketika bertemu lagi
dengan siswa untuk yang pertama kalinya sejak mereka naik ke kelas XII. tapi ceritanya bersambung ke tulisan berikutnya yah.
No comments:
Post a Comment