16 October 2015

BELAJAR BAHASA ASING: NIHONGO

Kalo Bahasa Jepang, saya adalah jebolan Okaasan to Isshou dan Inai Inai Baa, yahahaha.... Terbukti pas Noken N4 gagal kan :D Abis kanjinya banyak bener sih, lah kanji yang saya tau cuma nama2 stasiun sepanjang Den-en Toshi Line. Paling jauh sampe Meguro. Udah tau buta huruf tetep aja sok2an ikut Noken :D

Kalo Bahasa Inggris kayaknya udah ada dorongan berekspresi, nah untuk Bahasa Jepang dan Bahasa Arab masih jauh nih kayaknya. Tapi sementara saya menemukan semangat baru di Bahasa Arab, motivasi belajar Bahasa Jepang justru menurun. Buat apa coba? Akirameta hou ga ii kana-tte ^_^

BELAJAR BAHASA ASING: LUGHAH ARABIYYA

Bahasa Arab? Nainiiiii.... Bahasa Arab ini sumber rasa bersalah saya, karena udah saya pelajari belasan tahun, daaaan..... sekarang hilang semuwaaaa.... :'(

Kemarin2 ga gitu nyesel juga sebenernya, hehehe. Ya abisnya ngerasa ga connected gitulah sama bahasanya. Nah baru tersadar ketika tahun lalu tinggal sekitar sebulan di Tanah Suci.

Waktu itu saya planga plongo aja bisanya. Ternyata di Arab itu yah, semua plang toko pake Bahasa Arab loh, gundul tentu saja. Dan orang2 pada ngomong bahasa Arab loh. TV, pengumuman, petunjuk jalan, semua pake Bahasa Arab.

Yaealaaah.... Namanya juga di Arab 😑

Bukan itu maksudnya. Saya tuh baru ngeh kalo Bahasa Arab itu bukan hanya bahasa teks  seperti yang saya temui selama ini. Jadi ya harus ngomong, karena kalo ngga ya susah mo bilang sama receptionist kalo kamar ternyata kurang. Jadi harus belajar denger, karena kalo ngga kita ga ngerti kudu janjian di mana sama petugas kursi roda. Jadi harus baca, biar tau ini toko es krim apa parfum.

Tiba2 Bahasa Arab jadi hidup bagi saya, dan bermakna untuk dipelajari.

Jadi ternyata konteks belajar itu penting banget yah. Ini ilmu mo kepake di mana, gimana makenya, dan manfaatnya apa, itu perlu dirasain langsung. Bukan cuma diceramahin, qeqeqeq...

Jadi kalo belajar bahasa asing, perlu disertakanlah mimpi untuk mengunjungi negara asalnya. Satu dua bulan cukup kayaknya sih buat pemanasan. Kalo gada sodara yang bisa direpotin, kali aja bisa numpang tidur di emperan KBRI. Eh gaboleh yah?

BELAJAR BAHASA ASING: ENGLISH

Suatu kali pas lagi ngoceh2 sotoy di depan kelas, saya tanya ke anak kelas XII Science apa pelajaran yang paling sulit bagi mereka.

Tak disangka, jawaban mayoritas ternyata bukan matematika, tapi Bahasa Inggris. Saya tanya di kelas XII Social, eh jawabannya sama.

Kalau pernah lihat naskah soal ujian Bahasa Indonesia di UN SMA, yah mirip2 koran gitu deh. Penuh sama wacana panjang2. Jadi untuk mengerjakannya, siswa perlu 'tahan membaca'. Nah naskah soal Bahasa Inggris ga jauh beda. Tapi selain 'tahan membaca' itu tadi, ada tambahan kudu hapal banyak vocab.

Imho, belajar Bahasa Jerman tuh susah. Belajar Bahasa Jepang juga susah. Nah kalo Bahasa Inggris atau Arab kayaknya lebih gampang, karena 2 bahasa itu banyak 'kelihatan' di sekitar kita.

Bahasa Inggris saya mulai lumayan ketika saya mulai nonton Kdrama dengan subtitle Inggris. Terus kalo nonton Kdrama, follow up activity-nya biasanya mampir2 ke dramabeans atau soompi kan yah. Udah sih, dari situ ajah.

Tau2 kalimat dalam bahasa Inggris bermunculan sendiri di kepala, dan biarpun masih pletat pletot ya pede ajalah dijadiin status. Itung2 latihan.

Kayaknya sih karena sering berinteraksi dengan Bahasa Inggris, awalnya cuma sekedar paham2 aja, tapi terus akhirnya ada dorongan buat berekspresi dalam bahasa itu. Masih tahap tulisan, nanti2 kali aja ada dorongan buat casciscus ngobrol, aamiiin
...

Nah kalo saya kan mulainya dari Kdrama. Yakali murid2 saya bisa mulai dari apa gitu yang mereka suka. Tutorial game atau lirik lagu atau apalah apalah. Kalo interaksinya cukup kayaknya ga susah deh bikin bahasa asing supaya 'keluar'.

EVALUASI UTS

Langsung kicep pas pak suami komentar kalo formative assessment macam #uts harusnya gapake dinilai. Secara formative assessment tujuannya buat dapet feedback tentang upaya guru dalam mengampu pelajaran.

Lah bener sih emang, tapi kan jadi merusak tatanan dalam sebuah sistem yang telah mapan. Akibatnya profil pic galau tayang lagi dah di FB, qeqeqeq....

Baelah, let's see what we can do. Hari ini pertemuan pertama setelah uts dan siswa melakukan evaluasi diri tertulis mengenai hasil yang mereka dapat. Hasilnya seru juga!

Yeah, it's nothing new. Cuma karena karena saya ga pernah melakukan refleksi tertulis di kelas (kaga pernah sempet, ampun dah), jadi norak2 bergembira pake dipajang2 segala 😁

14 October 2015

When Dream Meets Reality (2/2)

Salah seorang siswa saya bekerja sebagai cleaning service dan saya sangat bangga padanya.

Karena dia wefie dengan seragam kerja bersama teman-teman, terlihat percaya diri, bahagia dan contented.

Karena dia bersemangat belajar kristalisasi lantai, yang tidak semua cleaner menguasai.

Karena dia bertekad 2 tahun lagi akan jadi supervisor.

Karena sementara teman2nya yang kuliah masih minta ke orang tua, dia sudah bisa mandiri, punya kendaraan sendiri, dan ikut membantu keuangan keluarga.

Tidak semua pekerjaan terlihat mengilat, tapi bukan berarti pekerjaan itu tak punya nilai. Mental yang kuat menghadapi kondisi, serta keinginan untuk belajar dan berkontribusi, tampaknya jadi hal wajib diajarkan pada anak-anak kita.

When Dream Meets Reality (1/2)

Tadi sisa waktu 10 menitan sebelum pulang, mau ngelanjutin materi baru kok rada kagok juga. "Jadi ngapain nih kita?"

"Ceritaaaaaa..."

Jadi yah tolong dipahamilah kalo saya demen cerita tentang diri sendiri. Secara yes, bakat narsis saya disuburkan oleh siswa2. Meski saya curiga mereka bukan tertarik ocehan saya, tapi berusaha mengosongkan waktu tanpa pelajaran sampai bel pulang.

Jadi 10 menit itu saya ngegosipin beberapa temen FB di kelas, daaan... itu mungkin anda! Kamu, iya kamuuu....  hahaha....

Pertama saya tanya, "Adakah yang setelah lulus mau jadi cleaning service?"

Tidak ada.

"Bagaimana jika setelah lulus, kesempatan yang datang padamu adalah ckeaning service? Apa yang akan u kamu lakukan?"

Kami ngobrol tentang hidup yang tidak linear. Bahwa mencapai impian kadang harus berputar-putar dulu. Sekarang mereka tentu bercita2 masuk PTN atau PTS papan atas. Kalaupun harus bekerja jadi SPG/SPB (seperti standar pekerjaan lulusan SLTA pada umumnya), setidaknya di butik dari international brand di mal besar.

Tapi bagaimana jika akhirnya kondisi membuat mereka harus masuk perguruan tinggi kelas tiga? Bagaimana jika kesempatan yang terbuka adalah jadi cleaning service atau tukang parkir? Ketika takdir menghadapkan mereka pada kenyataan yang tidak seindah bayangan, apa yang bakal mereka lakukan?

Saya bilang pada mereka bahwa salah satu mantan murid saya bekerja sebagai cleaning service, dan saya bangga banget padanya. Karena....

(Bersambung)

21 February 2015

TAMBATAN HATI

Demo buruh...

Kalo ukurannya gaji, memang lebih baik jadi buruh daripada jadi guru. Hanya perlu pendidikan setara SLTA, gaji minimal UMR. Temen2 guru saya yang gajinya setara UMR bisa dihitung dengan jari. Ga tau ya kalo guru PNS, katanya guru SD aja ga pake tugas tambahan bisa dapet 7 jutaan.

Kalo ukurannya kemuliaan dan pahala, Allahu A'lam. Dalam Islam, pendosa yang memberi minum anjing kehausan diputuskan masuk surga, jadi hanya Allah yang tau berapa 'harga' kebaikan2 kita.
Jadi kenapa tetap pilih jadi guru?

Kalo saya merasa Allah menambatkan hati saya di profesi ini, dan kebetulan ada kesempatannya, hingga memilih berkontribusi dari bidang ini. Sementara yang lain hatinya tertambat di sisi lain, jadi memilih berkontribusi di sana. Mudah2an Allah ridha.

ANAK SMA DAN KEDEWASAAN

(1)
Udah nonton Twilight Saga - Eclipse, kan? Masih inget valedictorian speechnya Jessica? Bisa dicari potongan filmnya di Youtube, tapi isinya kira2 begini:

"Waktu kita umur lima tahun, orang2 bertanya, "Mau jadi apa kalo sudah besar?" Kita jawab mau jadi astronot, presiden, atau kalo saya, pengen jadi putri.
Waktu kita sepuluh tahun dan ditanya lagi, jawabnya bintang rock, koboi, atau kalo saya, peraih medali emas.
Tapi sekarang kita sudah dewasa. Orang2 ingin jawaban yang lebih serius. Nah, bagaimana dengan ini ... WHO THE HELL KNOWS?
Sekarang bukan waktu untuk membuat keputusan yang sulit dan cepat. Sekarang adalah waktu untuk membuat kesalahan. Naik kereta api yang salah dan terjebak di suatu tempat dingin. Jatuh cinta, yang banyaaak. Ambil jurusan Filsafat karena ga ada lowongan kerja buat sarjana filsafat. Berubah pikiran, kemudian mengubahnya lagi, karena tidak ada yang tetap terus2an. Buat kesalahan sebanyak-banyaknya.
Dengan begitu, suatu hari nanti, ketika mereka bertanya lagi apa yang kita inginkan, kita ga perlu menebak. Kita sudah tau."


(2)
Beberapa hari ini saya memikirkan valedictorian speechnya Jessica tadi. Benarkah 18 tahun adalah waktu untuk membuat kesalahan? Jadi bisakah kita bilang "Maklum anak muda" jika seorang berusia 18 tahun berbuat tanpa pikir panjang?

Karena Usamah bin Zaid telah memimpin pasukan perang di usia 18 tahun.

(3)
Ketika seorang berusia 18 tahun, sudah pegang ijazah SLTA, tapi kenal dirinya sendiri saja tidak, bukankah kita harus khawatir?

Ditanya punya kompetensi apa yang bisa 'dijual', jawabnya tidak tau. Ditanya mau kejar karier di bidang apa, jawabnya tidak tau. Ditanya kenapa kuliah ambil jurusan itu, jawabnya tidak tau.


(5)
Kelas XII itu (atau harusnya sejak kelas X sih) itu harusnya waktu buat cari tau mau ngapain, ngider ke sana ke mari, ketemu dan ngobrol dengan banyak orang, liat segala macam. Karena begitu kuliah dan baru ngeh kalo ternyata jurusnya sama sekali bukan minat, bakal terjebak dan sulit balik karena terlanjur ngabisin waktu dan uang.

KENAPA JADI MALAH FULL PM DAN BIMBEL? ‪#‎IHateUN‬

GOOD TEACHERS ARE MANDATORY


JUALAN DI SEKOLAH


 

Kudapan dari Bu Ida Farida, beli dari siswa yang jualan di sekolah. Karena banyak siswa yang jualan, tahun ini sekolah memesan kue dari mereka untuk kudapan acara-acara sekolah. Alhamdulillah, market week nanti kayanya lebih mudah, anak-anaknya sudah biasa bisnis. 

Market week adalah salah satu proyek kelas pengembangan diri untuk kelas XII. Tapi anak-anak kelas XII bukan hanya diminta berjualan, tapi juga membuat business plan dan laporan keuangannya.