25 February 2012

PERTARUNGAN HARI INI

Di papan tulis tertera pengumuman dari bidang kedisiplinan:

Guru harap menyita hp yang digunakan anak di kelas.

Saya sudah menyiapkan segalanya untuk pagi ini sejak kemarin. Membooking ruang audio visual di perpus, membongkar koleksi anime dari Studio Ghibli, mencari buku pajak keluaran departemen keuangan Jepang yang dulu dipelajari suami ketika mengambil gelar master, menyiapkan dua buah file berisi original soundtrack dari Sen To Chihiro dan Tales from Earthsea, serta memfotokopi teksnya beserta arti sejumlah anak di kelas.

Memang saya mau ngajar apa? Jangan tanya ya, karena saya sedang mengkhianati kurikulum (lagi). Pokoknya, saya sudah hebohlah, gitu. Saya harap, semua bisa antusias dan terlibat, tapi tetap mendapatkan pengetahuan dan wawasan baru yang akan memperluas dunia mereka.

Di tengah materi, saya memergoki seorang anak dengan ngutak-atik hp di pojok belakang.

Lemasss....
Duh Nak, setelah segala yang saya persiapkan, ketika asisten tak datang, dan dua anak demam semalaman.... @~@;

Saya tau, apapun tanggapan anak, Allah sudah pasti membalas sesuai keikhlasan, niat baik, dan kesungguhan saya. Tapi tetap saja rasa kesal itu ada.

Apakah saya lalu mengambil hp anak tersebut seperti instruksi di papan pengumuman ruang guru? Tidak. Saya terlalu pemalas untuk melakukannya ^^;. Nanti setelah itu saya harus bertemu siswa di jam istirahat, memberi poin pelanggaran dalam catatannya, menasihatinya, baru mengembalikannya. Waaa.... reffffot. Jadi saya peringatkan saja agar kembali terlibat dalam pembelajaran dan meninggalkannya setelah itu.

Tapi saya jadi menyadari bahwa hal ini akan selalu terjadi: tarik-menarik antara guru dengan dunia luar. Setiap hari saya bertarung melawan facebook, melawan sms, melawan bahan obrolan yang tak habis-habisnya, untuk memenangkan perhatian siswa-siswa saya.

Tentu saja dalam pertarungan ini saya bisa berteriak, menghukum, atau berceramah tentang betapa-buruknya-perilaku-siswa-semacam-fesbukan-ketika-pelajaran-berlangsung. Tapi itulah yang dikatakan Covey sebagai 'kekuatan pinjaman'.

Kekuatan pinjaman berasal dari status, usia, jabatan, kelebihan harta, dan semacamnya. Karena saya guru, saya menggunakan kekuasaan saya untuk memaksa anak-anak belajar. Karena saya orang tua, maka saya menggunakan kekuasaan saya untuk membuat anak saya patuh.

Tapi ada yang disebut dengan kekuatan asli. Kekuatan ini berasal dari karakter dan hubungan yang kita bina. Siswa akan belajar karena kualitas mengajar guru yang baik dan terasa menyenangkan, atau anak akan patuh karena yakin pada keadilan orang tua, atau rekan kerja akan hormat karena integritas pribadi atasannya.

Kembali lagi ke siswa-siswa saya.

Ada yang menarik soal teknologi dalam pembelajaran seperti yang diobrolkan beberapa sahabat di Facebook. If you can't beat it, use it, begitulah kira-kira. Jadi daripada kita mengeluh karena siswa sering smsan atau facebookan, gunakan saja hp sebagai alat belajar.

Hm.... menarik juga. Jadi kemarin saya coba di kelas XI.

"Ayo sekarang kita kuis. Yang menang saya kasih hadiah!"
"Horeeeee...."
"Bawa hape?"
"Bawa, Buuu..."
"Kalo gitu saya kasih pertanyaan, nanti jawabnya pake sms ya. Siapa yang duluan masuk jadi pemenangnya."
"Ga punya pulsa, Buuuu...."

Ahahahah, lain padang lain belalang f(^_^;)v.

Jadi apa kesimpulannya? Yak bagaimanapun, kesimpulannya adalah saya tetap akan berusaha memenangkan pertarungan ini. Yosh, gambareeee....

No comments:

Post a Comment