25 February 2012

SEBATANG SPIDOL DAN SELEMBAR KERTAS

Pagi hari tadi, saya masih bimbang apakah saya harus berangkat ke sekolah atau tidak. Kepala nyut-nyutan dan suara masih agak serak. Tapi berangkat saja, ah.... Bukan karena pengabdian guru atau alasan apalah yang keren-keren, tapi karena dikejar si kurikulum. Nyebelin memang makhluk yang satu itu, tapi ya bagaimana lagi. Saya ada di sistem pendidikan formal, jadi ya terima aaja apa adanya.

Lagipula, hari ini cuma mengajar dua jam, kelas sepuluh pula. Kelas sepuluh relatif mudah ditangani, apalagi masih di awal tahun ajaran begini. Maklum, anak baru. Tidak seperti kelas sebelas yang sudah merasa 'anak lama', atau kelas dua belas yang sudah ngebet kepingin lulus (padahal setelah lulus kepingin jadi anak sekolahan lagi ^^). Singkat kata, berangkatlah saya.

Hari ini saya hanya mengajarkan hal sederhana: jikoshoukai (perkenalan diri). Mula-mula kami menulis percakapan, melatihnya lebih dulu bersama-sama, lalu mempraktekkannya secara individual, lengkap dengan ojigi (membungkukkan badan). Kelas berlangsung normal saja, tak banyak kejutan.

Lalu saya turun ke kantor, dan kembali dengan membawa kertas kosong dan spidol warna. Setelah tiap anak mendapat selembar kertas dan sebatang spidol berwarna, saya memberi mereka tugas: mencari tanda tangan teman sekelas. Tandatangan mereka tentu harus menggunakan hiragana.

Maka mulailah kemeriahannya. Yang melihat mungkin akan berkomentar: kelas yang kacau dan berisik. Tapi mereka sesungguhnya sedang belajar. Anak-anak ini sedang menghapal hiragana, dengan menuliskan nama masing-masing di 43 lembar kertas teman-teman sekelasnya yang lain. Kalau sudah menulis nama sendiri sebanyak 43 kali, saya kira beberapa karakter setidaknya lumayanlah bisa nyangkut di kepala.

Bel istirahat berbunyi. Saya menggunakan suara yang tersisa di tenggorokan supaya anak-anak ini mengumpulkan kertas mereka. Saya bilang, "Sudah masuk waktu istirahat!" Tapi mereka tidak mau berhenti, "Tanggung, Bu... Tiga lagiiii....," teriak seorang siswi dari arah belakang. Yang lain masih berlari ke sana-kemari.

Saya puas hari ini. Kelas sepuluh yang saya ajar hari ini berisi 46 siswa. Dengan jumlah melebihi kuota seperti itu, ada saja anak yang tidak 'terlihat' oleh guru, tidur di pojokan, facebook-an di kolong meja, atau ngobrol di belakang. Tapi hari ini tidak, karena semua berpartisipasi, termasuk anak yang sudah ditandai sebagai anak 'sulit' oleh banyak guru.



Ya, hanya perlu selembar kertas, dan sebatang spidol warna, serta sedikit ide, untuk sebuah pengalaman menyenangkan di sekolah.

No comments:

Post a Comment