25 February 2012

NGERI

Belakangan ini, saya jadi agak 'ngeri' bertemu dengan cleaning service, penjaga di penitipan barang, penjaga toilet, waiter, atau sales promotion girl/boy. Rasanya tidak bisa cuek seperti dulu lagi. 'Ngeri' di sini maksudnya khawatir bertindak merendahkan, sembarangan menyuruh atau semacamnya.

Apa pasal?

Karena sekarang saya tahu bahwa mereka itu dulunya adalah siswa-siswa saya. Mereka bukan orang bodoh tak berpendidikan yang tidak berprestasi karena malas. Mereka, di suatu masa dalam hidupnya, adalah orang-orang yang pernah punya banyak mimpi.



Seperti L, yang melengos ketika bertemu saya. Dia memegang kain pel, dan seragamnya jelas menunjukkan bahwa profesinya adalah cleaning service sebuah mal. Apakah ada yang menyangka, kalau dia adalah lulusan terbaik di angkatannya? Tiga tahun dia menerima beasiswa dari yayasan karena prestasi belajar yang tidak tergeser dari puncak.

Kalau anda melihatnya, dia berpostur pendek, dengan perawakan mungil dan karakter pemalu. Walaupun prestasinya akademiknya di SMA gemilang, perusahaan akan lebih mengutamakan karyawan berpostur tinggi dan wajah ganteng untuk posisi di depan. Menyisakan orang-orang seperti L untuk mengepel lantai.

Kenyataan yang cukup meremas hati, memang.

Bagaimana pun, banyak orang cenderung menganggap pekerjaan 'kuli' adalah pekerjaan yang tidak bermartabat. Habis makan, buang saja di lantai. Nanti kan cleaning service yang membersihkan. Terima karcis tol, jangan repot-repot memasukkan karcis ke tempat sampah. Lepaskan saja di jalan, nanti juga ada tukang sapu. Habis main, biarkan saja lantai berantakan, kita kan punya pembantu.

Tentu saja, bagi penjual jasa, pelanggan adalah raja, yang harus dilayani sebaik-baiknya. Tapi harusnya, bagi pelanggan, semua manusia adalah sama, dan tak boleh memandang orang lebih rendah karena pekerjaannya yang bersifat melayani.

No comments:

Post a Comment