23 October 2011

BELAJAR ITU 'ENAAAAK'....

Ketika membuka akun Facebook, ada notifikasi bahwa Mba Lea Kesuma nge-tag saya di komentarnya. Ternyata Mba Lea memandu saya ke cerita seorang guru di sebuah forum.



Guru ini bilang dia sudah kehabisan akal mengatur siswanya. Susah diatur, tidak mengormati guru, dan sebagainya. Akhirnya dia menggunakan penggaris kayu untuk menertibkan siswa. Berkonsultasi dengan guru lain, mereka juga menghadapi hal yang sama. Curhat sama kepsek, eh kepseknya malah marah (idiiiih....). Jadi harus gimana?

Saya sendiri merasa bahwa curhat ibu guru di forum itu membuat saya harus banyak bersyukur. Saya tidak mengajar anak-anak kaya dengan otak superior, fasilitas pun sering kali harus cari jalan sendiri. Tapi murid-murid saya masih terhitung sopan dan mau diajak kerja sama.

Kembali lagi ke cerita si ibu guru di atas. Teman-teman guru di sana banyak berkomentar, menyarankan berbagai macam hal. Tentu saja saya sangat sepakat, bahwa diperlukan kesabaran, pendekatan, ketulusan, untuk mendekati siswa-siswanya. Tapi saya sendiri, bila diberi saran seperti itu, sepertinya masih tetap akan bingung.

Yang dibutuhkan si ibu guru tampaknya adalah cara praktis untuk memutus lingkaran permasalahannya ini. Bukan teori, tapi praktek konkritnya.

Saya sendiri masih amat sedikit pengalaman, tapi barangkali apa yang saya tuliskan ini bisa juga jadi 'pembuka jalan'.

Bayangkan kondisi berikut:
Seorang guru masuk, dan memulai pelajaran dengan berkata, "Anak-anak, hari ini kita membahas tentang kerangka karangan."

Ada yang salah?

Ya tidak ada, tapi bila kita merujuk pada metode terbaru, ini bukanlah awal yang baik untuk memulai pelajaran. Kering, kaku, tanpa gairah. Padahal otak kita bekerja ketika panca indera dirangsang dan minat ditumbuhkan.

Sekarang bayangkan yang ini:
Seorang guru masuk, membawa kotak misterius, sambil bertanya, "Kotak apa ini?" Siswa tak menjawab, tapi semua diam karena penasaran. Guru tersebut kemudian membuka kotak, dan aroma martabak terang bulan menguar ke seantero kelas.

Nah, bagaimana? Terasa banget kan bedanya? Efeknya juga berbeda pada otak.



Banyak sekali cara-cara baru dalam pembelajaran, tapi setiap kali saya membawa makanan ke kelas, suasana langsung meriah. Tidak perlu yang mahal-mahal, saya biasa bawa permen loli, kacang atom, atau sesekali makanan khas bila ada kelebihan rezeki.

Kadang ada makanan yang di bawa untuk hadiah kuis atau games, tapi banyak juga yang bisa jadi bagian dalam pembelajaran. Makanan yang berbentuk lingkaran bisa digunakan untuk belajar pecahan, yang butiran bisa untuk belajar himpunan, dsb. Untuk belajar sains, wah lebih banyak lagi, dari mulai kerang rebus, yoghurt, tempe, sampai es krim (yang dibuat manual).

Intinya satu: alat peraganya BISA DIMAKAN! \(^o^)/

Dalam konteks mata pelajaran yang saya ampu, makanan digunakan untuk belajar kosa kata, percakapan, dan budaya. Misalnya, dengan membawa susu UHT 1 liter ke kelas. Untuk apa? untuk belajar penambahan tenten dan ya-yu-yo kecil pada hiragana.

Kami membahas bagaimana menulis hiragana untuk gyuu -sapi- dan nyuu -susu- (menulis-tata bahasa), melafalkannya bersama (membaca), berlatih bagaimana memintanya di sebuah toko (percakapan). Terakhir, susunya dibagikan dalam cup kecil-kecil dan diminum sama-sama. Belajar itu memang 'enak'!

Saya juga membawa kacang atom ke kelas, bersama dengan hashi (sumpit), beli di toko plastik Rp6000/20 pasang. Kebetulan, di buku ada percakapan yang berbunyi, "Hashi, onegaishimasu (tolong ambilkan sumpitnya)."



Kami membaca percakapan (membaca), mempraktekkan dengan hashi beneran (percakapan), belajar memegang sumpit dengan benar (budaya), dan mencoba menggunakan sumpit untuk makan kacang atom. Terakhir, lomba makan kacang atom dengan sumpit! Wah, seru sekali waktu itu.

Pernah seorang rekan guru bertanya, bagaimana agar siswa tidak gampang lupa dengan pelajaran. Waktu itu saya ikut sumbang saran, bahwa kita perlu memberikan 'cantolan memori' pada mata pelajaran, karena otak akan menyimpan sesuatu yang berkesan secara emosi, baik senang maupun sedih. Nah, salah satu cara memberi cantolan memori itu adalah dengan makanan.

Jadi kalau saya ditanya bagaimana cara mengambil hati anak-anak ini? Mungkin salah satu cara yang bisa dicoba adalah lewat makanan. Bukan untuk menyogok mereka agar mau bergerak, tapi sebagai media belajar yang menyenangkan.

Sekali lagi, belajar itu bisa sungguhan ENAK!


Salam,
Irma
*suka makan tapi ga (terlalu) suka masak*

No comments:

Post a Comment