14 October 2015

When Dream Meets Reality (2/2)

Salah seorang siswa saya bekerja sebagai cleaning service dan saya sangat bangga padanya.

Karena dia wefie dengan seragam kerja bersama teman-teman, terlihat percaya diri, bahagia dan contented.

Karena dia bersemangat belajar kristalisasi lantai, yang tidak semua cleaner menguasai.

Karena dia bertekad 2 tahun lagi akan jadi supervisor.

Karena sementara teman2nya yang kuliah masih minta ke orang tua, dia sudah bisa mandiri, punya kendaraan sendiri, dan ikut membantu keuangan keluarga.

Tidak semua pekerjaan terlihat mengilat, tapi bukan berarti pekerjaan itu tak punya nilai. Mental yang kuat menghadapi kondisi, serta keinginan untuk belajar dan berkontribusi, tampaknya jadi hal wajib diajarkan pada anak-anak kita.

3 comments:

  1. Saya ingin berguru pada anak itu dengan maksud berguru pada gurunya anak itu..
    Sementara ini lebih banyak anak muda yang sibuk memoles harga dirinya dengan "kosmetik kehidupan" dia sudah berkeringat bersiap membangun pohon kehidupannya.
    Saya betul2 salut.
    Berkali2 saya coba bawa anak dari kampung saya yang kelihatannya benar2 tidak ada harapan untuk belajar jadi ob dulu.. tapi setelah paling lama sebulan mereka tak bisa ditahan lagi memilih pergi entah kemana..
    Saya yang gagal, makanya mau belajar sama bu Irma.

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
  2. Sepertinya bukan karena cara tertentu tang diterapkan oleh sekolah, apalagi oleh saya. Da aku mah apa atuh :)
    Saya hanya menyampaikan lewat omongan, pribadi masing2 yg bisa memprosesnya menjadi sikap dan prinsip. Saya curiganya ini akibat pola asuh keluarga yg baik :)

    ReplyDelete