Seperti
semua guru yang lain, saya berharapa anak-anak didik saya bisa punya
pendapat sendiri, berdasarkan pada prinsip yang mereka percaya. Dengan
demikian, mereka tidak akan ikut-ikutan jika ditawari hal-hal buruk. Di sisi
lain, saya masih suka 'terbakar' jika ada siswa menantang pendapat saya,
meski dengan cara yang amat sopan. Jadi masih jauh tingkatannya untuk
sampai ke menantang siswa untuk "Jangan terburu-buru percaya saya."
Tentu tidak berapa berat membantah pemikiran anak kemarin sore yang
menantang pendapat gurunya. Dengan jam terbang yang tidak terlalu
banyak, tentu kelemahan pendapat mereka segera terlihat. Lagipula, jika
mentok, bisa kita potong saja: "Saya gurumu, jadi kamu patuh saja.
Mengerti?"
Tapi guru adalah penyampai, bukan sumber kebenaran.
Anak-anak pun bukan ember kosong, tapi benih yang tumbuh. Yang bisa kita
lakukan adalah menyediakan tanah, udara dan pupuk yang baik. Benih itu
akan tumbuh dengan cirinya sendiri. Yang bisa guru lakukan adalah
menunjukan pilihan-pilihan dan konsekuensinya, berusaha membiasakannya dalam
lingkungan yang baik. Siswa akan memilih sendiri pendapat yang ia akan
pegang erat.
No comments:
Post a Comment