Tentang UN
Untuk
UN, saya menandatangani petisi reposisi (bukan penghapusan yah) UN. Jadi
sikap saya jelas tentang itu. Untuk standar kelulusan gimana? Kembali saja ke UU Sisdiknas, evaluasi oleh satuan pendidikan alias guru sendiri. Opsi lain
juga boleh, selama tidak menjadikan UN sebagai high stake test, alias penentu 'hidup mati' siswa.
Kita
bayar pajak ke pemerintah, sebagai gantinya, pemerintah mengurus
pendidikan rakyat. Ga adil kalau kegagalan pemerintah memeratakan dan
meningkatkan kualitas pendidikan (berupa fasilitas, kualitas guru,
kurikulum, infrastruktur dsb) harus ditanggung siswa dengan menakut-nakuti dan menekan mereka lewat UN.
Tentang Kurikulum 2013
Untuk K13, saya belum ambil sikap, karena masih punya harapan ini bisa jadi
baik. Yang saya lakukan sekarang adalah berusaha memahami dokumennya secara
kritis dan memikirkan kesiapan dan langkah penerapannya di sekolah kami tahun depan. Jadi
ga menolak yah. Tapi saya juga mengikuti update orang-orang yg concern terhadap K13 di luar
lingkaran kekuasaan, dan melihat bahwa usulan yang diajukan tidak
ditanggapi. So, saya masih tuggu dan lihat gimana perkembangan K13 ini.
Benchmarking
Oh, tentang sistem pendidikan negara lain. Kata saya sih ga masalah melakukan
benchmarking, biar kita melek dan keputusan-keputusan kita bagus. Yang penting itu
ga membabi buta. Misalnya Cina dan Korea yg siswa-siswanya dapat peringkat
atas di PISA (sementara kita nomor 2 dari
bawah), apa kita adopsi aja gaya mereka yang belajar sampe jam 11 malam
di sekolah? Ya ga bisa juga (dan Cina juga Korea juga tengah mereformasi
sistem pendidikan mereka juga meski dapet peringkat tinggi, karena
melihat ketidakseimbangan). Di sisi lain, Finlandia ga pake UN, jam
belajar pendek, kenapa dapat peringkat tinggi di PISA juga? Ini kan
jadi masukan, gimana yg ideal di Indonesia.
Maunya?
Kalau saya pribadi ditanya, maunya sih biaya UN yg milyaran
dipake buat melatih guru, menyediakan akses (buku, internet, alat,
ruang) yang merata di seluruh Indonesia (bukan cuma RSBI doang), dan membuat
kurikulum yg lebih terbuka dan kontekstual.
Ini harapan sederhana seorang guru swasta, yang tidak tau cara mengurus negara sebesar ini, tidak paham tarik menarik kekuasaan, dan tidak mengerti tentang korupsi dan lain sebagainya itu.
No comments:
Post a Comment