18 February 2009

Kung Fu Panda Mengajari Saya (1)

Kungfu Panda bicara pada saya, lewat kata-kata Po pada Master Shifu, "You're not my teacher. You don't even believe me." Kata-katanya mengingatkan saya pada siswa yang saya ajar, yang mungkin menyatakan hal yang sama, dalam diam mereka. "Bu, jangan ngaku-ngaku guru saya, deh. Ibu percaya sama saya aja, nggak!"

Memperhatikan beberapa guru, termasuk saya sendiri, nampaknya mempercayai siswa memang tidak mudah. Dengan gampangnya beberapa guru berkomentar tentang anak didiknya dengan kalimat seperti, "Emang udah bodo dari sononya sih, jadi mau diapain juga, yah segitu hasilnya."

Sering kali, yang dikeluhkan adalah betapa rendah tingkat kecerdasan kebanyakan siswa, lalu betapa bandelnya mereka, juga betapa miskinnya. Semua yang negatif adalah label yang berhak disandang anak-anak ini. Tak ada kepercayaan, tak ada penghormatan. Apa siswa bukan manusia?

Saya kira, dengan banyaknya sosialisasi sistem KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) sejak tahun 2004, guru harusnya sudah tahu bahwa anak belajar dalam kecepatan yang berbeda, dan dengan gaya yang tak sama. Maka guru harus percaya: tak ada anak bodoh.

Bila ada anak yang terlalu banyak bicara, dia bukan tak sopan, tapi menonjol dalam kecerdasan verbal. Anak yang lari-larian tak bisa diam bukan bandel, tapi punya bakat kinestetik. Bahkan anak yang suka bengong tak boleh dihakimi sebagai siswa lambat, karena biasanya memiliki kecenderungan interpersonal yang baik. Gurunya yang tidak tahu (tidak mau?) melihat kecenderungan-kecenderungan ini, lalu ambil jalan gampang dengan bilang, "Bodoh dari asalnya!"

Dan rasanya memang banyak juga guru yang tertawa mendengar teori kecerdasan majemuk. "Saya tuh sudah mengajar dari sejak 100 tahun sebelum masehi. Saya bahkan bisa membedakan mana siswa pintar mana siswa bodoh cukup dari daftar absen tanpa perlu memeriksa hasil ujiannya. Kok bisa-bisanya anda (berapa tahun anda mengajar? Tiga? Ooh, baru tiga...) mengoreksi metode mengajar saya!"

Sombong, tapi malas...

Ujian tengah semester baru saja terlewati bagi sebagian besar sekolah di Indonesia. Artinya, sudah seperempat tahun ajaran di lewati. Tapi kita masih berada di awal. Belum terlambat untuk memulainya: memulai untuk percaya. Bahwa anak-anak ini membawa keistimewaannya sendiri, bakatnya sendiri.

Seperti Po yang gendut ternyata berhasil menjadi Dragon Warrior, dimulai dari kepercayaan Master Shifu bahwa Po istimewa, dengan caranya sendiri.

No comments:

Post a Comment