23 February 2009

ANAK GURU

Siapa yang anak guru? Pernah gak denger orang bilang, "Kok si anu begitu yah, kelakuannya? Padahal dia anak guru..."

Tapi, saya juga berpendapat sama sih, kalau anak guru seharusnya anak yang baik. Lha orang tuanya kan guru, jadi tahu tentang pendidikan, paham psikologi (secara psikologi jadi mata kuliah wajib calon guru), dan yang lebih penting, berpengalaman bertahun-tahun menghadapi anak-anak.

Kenyataannya, banyak juga anak guru yang berkelakuan buruk. Sebaliknya, banyak juga guru yang tidak memberikan treatment yang benar pada perilaku anak. Kenapa, ya?

Barangkali, ini kesimpulan serampangan a la nengirma saja, barangkali masalahnya pada soal waktu. Sekolahan sekarang banyak yang fullday. Kalaupun tidak, gurunya yang kepingin ngajar full. Sekian puluh jam di sekolah induk, masih terbang-terbangan lagi di sekolah lain. Jadi pulang-pulang sama saja dengan pegawai kantor, malah lebih panjang jamnya, jam 7.00 (kalau Jakarta 06.30) sampai 17.30. Orang kantoran aja masih nine to five.

Tambahan lagi, biasanya sekolah gak mau rugi. Kalau bisa diefisienkan, kenapa harus nambah guru lagi. Jadi satu guru diusahakan ngajar buanyak, semaksimal mungkin. Biar gak usah tambah personalia, kan gak usah nambah gaji dsb. Jadi kadang walaupun gurunya mau ngajar sedikit aja, tetep gak bisa. Gak boleh sama sekolah. Ngajar banyak or gak usah aja.

Jadi, anak guru dan bukan mungkin gak ada bedanya. Waktu untuk anak tetep sama-sama gak tersedia cukup banyak. Tapi lebih miris anak guru sih, yah. Orang tuanya itu keluar bukan untuk sekedar cari duit, tapi untuk mendidik anak orang lain. Anak sendiri? Kasih pendidikannya ke orang lain. Guru di sekolahnya, atau pembantu di rumah. Aneh gak sih?

Eh, saya juga guru loooh... Guru di sekolah kecil saja, dan kecilnya sekolah membuat saya bahagia. Maksimal saya mengajar cuma 3 hari, itupun hanya pagi hari. Saya masih sempet ngurus anak. Masih sempet juga mikirin gimana caranya biar gak jadi guru bookish. Masih sempet nulis-nulis di multiply pula. Masih sempet jalan-jalan di hari kerja. Pekerjaan yang berkualitas, menurut saya.

Kemarin pas lagi rame-rame pendaftaran CPNS guru dari Depdiknas dan Depag, saya malah sama sekali gak tertarik. Kalau ternyata lulus (geer benerrrr...), PNS wajib mengajar sekian puluh jam. Juga akan ditempatkan di sekolah lain, biasanya jauh dari domisili.

Dari pada kebebasan terkurangi, saya gak ikutan ajalah. Biar jadi guru swasta aja, yang tanpa gaji pokok, tanpa tunjangan hari tua, dan kalau ada urusan apa-apa selalu dibelakangin setelah guru negeri.

Yang penting bahagiaaaaaa.... Ya, kan? Ya, kan?

No comments:

Post a Comment