Biasanya di akhir tahun, guru mendapat hadiah dari siswanya ya? Saya sebelumnya tidak pernah tau ada budaya seperti itu. Tidak ketika saya sekolah dulu, tidak pula ketika saya jadi guru sekarang. Saya baru tahu tentang budaya menghadiahi guru ketika kenaikan kelas justru ketika anak saya naik dari TK A ke TK B dulu.
Untungnya sebelum itu seorang teman wali murid membisiki, jadi saya tidak menjadi orang yang tidak sopan. Ya gimana juga itu kan budaya sekolah itu. Jadi saya membungkus buku Totto-chan untuk kepala sekolah, dan sekotak flash card untuk kedua ibu guru kelas.
Ketika tiba waktu pengambilan rapor, saya tepok jidat di TKP lihat hadiah yang dibawa wali murid lainnya. Ternyata guru itu wajarnya dikasih barang yang bisa dia gunakan, semacam tas, baju, parsel sembako, setrikaan, seprai, handuk, atau malah beberapa lembar dalam amplop. Bukan malah dikasih alat peraga buat di kelas (itu mah disediain sekolah, kali). Terus, tiap guru dikasih satu, bukan kado borongan kayak saya.
Lah mana saya tau? Di sekolah saya, dulu dan sekarang, ga ada kebiasaan itu.Jadi sampai kemarin, saya belum pernah menerima hadiah dari siswa atau walinya. Sampai kemarin.
Hari Senin 28 Maret adalah hari pertama Ujian Nasional Kewenangan Sekolah di Tangerang (atau di Indonesia ya?) bagi siswa SMA/SMK/MA/SMALB. Saya datang jam 7, tapi memang bel baru berbunyi jam 7.30. Sambil menunggu, saya asyik mengoreksi worksheet anak-anak. Tiba-tiba....
Ina, siswa kelas XII yang tentunya hari ini jadi peserta Ujian Sekolah, mendekati saya. "Ini buat Ibu."
Eh, jadi bengong deh.... Maksudnya, saya ga ulang tahun, ga ada peristiwa penting apa gitu, dan bukan pula waktu kenaikan kelas atau perpisahan. Makanya saya jadi bengong disodori kado, tapi akhirnya saya terima sambil tersenyum dan mengucap terima kasih.
Setelah Ina berlalu, saya membuka kotak kecil yang diberinya. Ada suratnya, di sana tertulis: "Saya ga tau mau nulis apa, cuma mau ngasih aja buat Ibu. Ini saya yang bikin bareng Mamah." Ketika saya tengok di bagian dalam, tampak isinya berkilauan. Wuaaa, sukaaaaa.....
Saya tidak suka gelang, cincin (tapi kalau cincin kawin sih pakai), apalagi kalung. Tapi saya suka bros, malahan mengoleksinya kecil-kecilan. Dan Ina membuatkan saya peniti bros yang cantik, sepuluh buah! Terharu....
Pertama, dia membuatnya dengan tangan sendiri, itu saja sudah istimewa. Kedua, satu bros model ini di pasaran harganya sekitar 10-15 ribu per buah. Memberi 10 buah peniti bros bukan bukan hal yang murah. Selain Surati, Ina adalah salah satu siswa saya yang bekerja part time sebagai pembantu rumah tangga, atau kasarnya, kuli cuci-setrika. Saya tau karena dia bekerja di rumah adik ipar dari tante saya.
Jadi ketika bel berbunyi, saya melepas bros yang saya kenakan, dan menggantinya dengan peniti bros hadiah dari Ina. Barulah setelah itu melangkah menuju ruang ujian. Baru ini cara yang terpikirkan untuk menyampaikan apresiasi saya.
"Kusematkan di dadaku, dekat dengan hatiku. Indah sekali hadiahmu."
No comments:
Post a Comment