Selain sebagai guru, kebetulan saya adalah kepala perpustakaan di lingkungan yayasan tempat saya bekerja. Perpustakaannya hanya satu, jelas tak cukup melayani semua siswa dari 4 unit berbeda, tapi alhamdulillah, dukungan yang didapat dari yayasan boleh dibilang cukup.
Untuk sementara, diberi ruang dengan AC dan karyawan saja sudah kemewahan. Tahun lalu diberi in focus, alhamdulillah. Saya kepingin meminta tambahan buku-buku, tiga atau empat komputer dengan akses internet, serta dana pelatihan untuk pengembangan kualitas guru dan siswa. Tapi yah, dananya terbatas (bangeeeet).
Sebenarnya di awal tahun saya sudah mengajukan rencana anggaran belanja unit perpustakaan yang berisi pelatihan dan kegiatan, tapi pas turun persetujuannya, semua jadi hilang, hahaha...
Sepertinya ini terjadi karena saya kurang mempopulerkan pentingnya perpustakaan, maka dukungan yang didapat belum optimal. Mungkin pihak yayasan perlu diberi salinan klipingnya Mbak Lea yang ditulis oleh Mbak Puti yah.
Alhamdulillah, saya punya teman-teman dengan minat dan semangat yang luar biasa, terutama dalam bidang kepenulisan. Tahun 2010 lalu, unit perpustakaan digandeng FLP Jepang untuk mengadakan pelatihan kepenulisan. Pembicaranya adalah Mbak Nesia, penulis buku Dengan Pujian, Bukan Kemarahan. Pelatihan ini diikuti dengan lomba menulis yang disambut antusias.
Sekarang, unit perpustakaan sedang dalam masa negosiasi dengan salah satu organisasi lain untuk mengadakan pelatihan untuk siswa. Doakan mudah-mudahan berhasil yah.
Satu program lain yang digagas unit perpustakaan adalah kunjungan wajib. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Perpustakaan kan pendukung sekolah. Eh, bukan ding. Perpustakaan justru tanda bahwa suatu sekolah berkualitas, begitu yang saya baca dari kliping Mbak Lea, yang saya kasih linknya di atas itu.
Jadi tiap kelas diberi jadwal kunjungan secara bergilir. tiap guru yang mendapat jadwal harus membawa anak-anak untuk belajar di perpustakaan. Ada in focus, ada TV, ada DVD player, ada buku dan ensiklopedi (meski terbatas), majalah dan koran bekas, semua bisa digunakan untuk pembelajaran yang lebih kaya dibandingkan di kelas.
Apa yang terjadi?
"Bu, tadi gurunya nanya, mau ngapain nih di perpus? Memang ga ada VCD atau apa gitu yang disediakan perpus untuk ditonton anak-anak?" tanya penjaga perpustakaan.
Saya nepok jidat. Ngapain di perpus? Waduh, sosialisasi program ini pas raker yayasan awal tahun lalu ga nyantol rupanya. Bukankah ada banyak sumber belajar tersedia, apa tak terpikir untuk digunakan? Atau paling tidak, bawalah anak-anak ke perpus agar sekali-sekali bisa belajar lesehan sambil ngadem di bawah AC. Yah, sebagai variasilah.
Tapi susah sih, masih banyak guru yang memandang bahwa kalau tidak duduk di bangku dan tidak di kelas tempatnya, maka pembelajaran tidak kondusif. Anak-anak jangan diberi kebebasan banyak-banyak, nanti jadi sulit diatur dan tidak berkonsentrasi. Padahal anak-anak sendiri memberi testimoni soal ini:
Keliatan ga? Maklum, pake kamera hape jadul. Ceritanya saya iseng memasukkan soal tentang 'apa yang kamu suka dan kamu benci' dari pelajaran saya di lembar soal UTS. Salah satu menulis: "Ga sukanya kalau belajar dilakukan di dalam kelas terus."
Yang ini terbaca: "Yang saya tidak suka, belajarnya di kelas. aturan dua/seminggu sekali kita di perpus atau di masjid."
Oh ya. Suatu kali, saya mendapati anak-anak yang mendapat jadwal kunjungan wajib sedang asyik mengobrol, sementara film dokumenter diputar di depan mereka. Kemana gurunya? Ngaso di kantor. Jiaaah....
Geregetaaaan....
Dengarlah tuntutan para guru ketika raker. "Sekolah ini akan naik kualitasnya bila komputer labkom pakai LCD yang tipis, ruangan pakai AC, ada hot spotnya, disediakan perangkat multi media, dukungan audiovisual, de el el es be."
Lha buat apa itu semua kalau ga dipakai? Pemborosan bukan, bila semua cuma demi kenyamanan, atau malah jadi alat pamer, dan tidak menambah nilai apa-apa bagi pembelajaran siswa.
Geregetan jadinya geregetan...
Pokoknya tahun ajaran depan saya mau NGOTOT minta dana untuk pelatihan guru!
No comments:
Post a Comment