Coba ingat-ingat, apa yang terjadi di hari pertama sekolah kita masing-masing? Menyenangkan? Kalau saya, ketika masuk SMP, tiga hari pertama diisi ceramah umum dari direktur ma'had. Bagus, tentu saja, tapi tidak bisa dibilang menarik. Waktu SMA, tiga hari pertama ada penataran P4. Hasilnya, saya tidak pernah paham tentang wawasan wiyatamandala dan teman-teman sebangsanya. Terakhir, waktu kuliah, tiga hari pertama saya dibentak-bentak senior, bawa tas karung terigu berisi singkong rebus, dan pakai kalung dari gula merah.
Nah, hari pertama sekolah itu traumatis kan, jadinya.
Kenapa saya jadi mengingat-ingat masa lalu? Itu karena beberapa teman di Jepang bercerita tentang nyuugakushiki (mudah2an gak salah nulis) anak-anak mereka di TK atau SD. Nyuugakushiki adalah upacara masuk ke sekolah baru. Diceritakan bahwa pada acara tersebut, semua berpakaian formal, dengan jas dan gaun resmi atau kimono. Ada pejabat lokal, ada penyambutan, ada kamera. Semua acara orang tua dibatalkan untuk menghadiri penyambutan anak mereka yang masuk SD, atau bahkan TK.
Wah, wah. Begitukah awal hubungan antara arang tua dan pihak sekolah? Hm, coba saya ingat-ingat tentang hubungan orang tua dan pihak sekolah yang terjadi di tempat saya mengajar. Kapan orang tua datang ke sekolah? Ketika pengambilan rapor, saat dipaparkan pada mereka tentang nilai-bilai anak mereka yang merah terbakar. Kapan lagi? Hm, saat ujian semesteran sudah dekat dan tunggakan SPP sudah 4 bulan belum terbayar. Kapan lagi? Tentu saja saat anak benar-benar sulit ditangani dan terpaksa dibuatkan surat perjanjian atas tingkah-tingkah keterlaluannya. Wah, menakutkan sekali. Tak ada awal yang baik seperti nyuugakushiki di atas.
Bagaimana dengan hari pertama bagi siswanya? Pengalaman saya, ya di atas tadi. Sampai sekarang, acara orientasi seperti Masa Bimbingan Studi masih saja menyisakan bau-bau perpeloncoan. Banyak anak yang masih merasa bahwa acara MBS menambah beban mereka yang masih digelayuti kekhawatiran tentang proses adaptasi di tempat baru.
Dibandingkan dengan MBS, nyuugakushiki terlihat lebih menghormati dan menganggap anak penting di hari pertama sekolah. Mereka tidak memakai topi konyol atau dandanan aneh, tapi mengenakan busana terbaik mereka didampingin orang tua yang sama rapihnya. Atau bila kita lihat malam pertama di Hogwart, sekolah berasrama tempat Harry Potter belajar, suasananya amat berbeda. Kepala sekolahnya bicara sepatah dua patah kata, lalu… makan malam lezat untuk semua. Awal yang menyenangkan.
Ini Indonesia, tentu saja, bukan Jepang. Hogwart pun juga tidak nyata. Tapi ide tentang awal yang baik dan menggembirakan di sekolah adalah nyata, dan bisa diwujudkan.
No comments:
Post a Comment