Tapi tentang seorang siswa, sebut saja namanya Toni.
Penceramah yang diundang bertanya pada hadirin yang terdiri dari siswa dan guru, "Adakah di sini yang hapal silsilah Baginda Rasul sejak ayahnya sampai Nabi Ismail?"
Wah, jauh banget kan... Saya kebetulan bawa salah satu buku sirah, yang di belakangnya ada silsilah. Ternyata di buku itu hanya sampai Quraisy (Fihr).
Penceramahnya mengompori, "Saya kasih 50 ribu, deh!"
Lalu majulah Toni. Dengan lancar di luar kepala dia melafazkan puluhan nama dalam silsilah Rasulullah, dari garis AbduLlah hingga ke atas, dari garis Aminah hingga ke atas, lalu ke bawah hingga ketujuh putra putri beliau. Semua dilagukan dalam bahasa Sunda.
Saya ternganga.
Toni berwajah menarik dan berkelakuan baik. Biasanya guru akan berlaku lebih baik pada siswa seperti ini di awal-awal. Tapi lama kelamaan, akan terlihat juga bila ia lemah dalam bidang akademik. Paling tidak, pada pelajaran saya yang gampang itu, Toni jauh dari peringkat papan atas. Ehm, maksud saya, benar-benar jauh.
Tapi bagaimana dia bisa menghapal sepanjang itu? Saya lama mengira-ngira. Toni adalah pemain marawis ('band' perkusi khas Timur Tengah). Apakah karena menggunakan musik? Saya melihat Toni bisa menghapal ketukan dan nada tanpa salah.
Apakah karena seorang guru tertentu? Karena saya percaya bahwa tiap orang punya gurunya masing-masing. Guru yang menyentuh hatinya, mengubah hidupnya. Dan tentu guru itu bisa siapa saja, juga bisa muncul kapan saja dalam perjalanan kehidupan.
Atau ada faktor lain?
Itulah misteri yang selalu menggelitik saya. Lewat jalan manakah tiap siswa bisa secara efektif menyerap pengetahuan di sekelilingnya. Di manakah letak tombol itu, yang ketika berhasil ditemukan, lalu ditekan, maka 'klik', belajar jadi jauh lebih mudah.
Dan memang, harus diakui bahwa jarang sekali saya bisa menemukan tombol klik itu ^_^;
No comments:
Post a Comment