14 January 2013

"SAYA SUKA NYIRAM, BU!"

Mengabaikan segala hal yang memecah konsentrasi (yang saya tuliskan di sini), saya kembali ke fokus pembicaraan bersama setengah dari kelas yang memperhatikan. Kami membicarakan hal yang membuat mereka enjoy dan terasa easy melakukannya. Ini bisa jadi awal menemukan passion yang ingin dijalani setelah lulus.

Dan seorang siswa menyela, "Saya suka nyiram, Bu!"

Maksudnya adalah menyiram tanaman di sore hari. Selama saya berbicara, siswa memang bebas menyela dan menanggapi atau bertanya, tanpa harus mengangkat tangan dan dipersilakan. Langsung saja bicara, dan langsung juga saya tanggapi. Jadi ada rasa seperti ngobrol beneran.

Saya melihat spontanitas di wajah Rani, siswa yang bicara itu. Teman-temannya juga merasa begitu. Maka semua terdiam beberapa detik, lalu tawa pecah di kelas itu. Saya membiarkannya sejenak.

"Bagus banget, tuh!" komentar saya bersemangat setelah tawa reda. Hobi menyiram adalah sebuah penemuan berharga, itu bisa jadi awal menemukan passion, bukan? Rani bisa jadi tukang bunga, misalnya.

Siswa tertawa lagi, kali ini heran. "Masa' cita2 jadi tukang bunga, Bu?"

"Loh, tukang bunga, atau florist, adalah pekerjaan yang indah. Sehari-hari bergaul dengan bunga dan tanaman, merangkainya jadi indah, dan hasil karyanya digunakan pada acara-acara istimewa." Saya menyarankan Rani ikut kursus merangkai bunga atau budidaya tanaman. Jika ingin kuliah pun, sudah enak pilih jurusannya. Tidak bingung lagi.

Para siswa mengangguk-angguk mengerti, tak ada lagi yang mengejek hobi 'menyiram' Rani, sementara wajah Rani terlihat cerah, seperti ada lampu menyala di kepalanya.

Rani adalah siswi yang lemah di bidang akademik. Meski begitu, beberapa saat setelah saya bicara tentang hal yang membuat enjoy dan terasa easy, dia langsung paham dan mengaitkan dengan dirinya, lalu menemukan aktifitas itu. Sementara itu teman-temannya, bahkan yang dibilang pintar-pintar, masih mencari di kepala mereka.

Yah, hal itu juga membuat saya iri sebenarnya. Ketika saya seusia Rani, saya belum menemukan kegiatan yang bisa jadi calon passion saya kelak. Tembus UMPTN, tapi 'tersesat' begitu perkuliahan di mulai bukan hal yang membanggakan juga sebenarnya.

Sedang untuk siswa-siswa lain, saya melihat bahwa banyak hal perlu dibukakan pada anak-anak ini. Mereka tertawa dan mengejek, lebih banyak karena mereka belum tahu. Ketika wawasan mereka dibuka, mereka akan melihat bahwa dunia ini sungguh luas, dengan berbagai kemungkinan di dalamnya.

* * * * *

Saya merasa beruntung sekali minggu ini. Tiga tulisan dihasilkan dari satu materi yang sama di tiga kelas XII, membukatikan bahwa saya belajar banyak sekali. Saya membaca galau mereka yang sebentar lagi lulus, saya mengatasi rasa marah diri sendiri, saya melihat potensi anak-anak ini. Bagi saya, ini adalah tambahan berguna bagi cara pandang saya terhadap siswa. Mudah-mudahan obrolan ini bermanfaat bukan hanya untuk saya pribadi, tapi juga untuk siswa yang bersedia mengikuti.

2 comments:

  1. Seandainya dulu SMA aku punya guru kayak Irma, pasti deh langsung masuk IKIP hihihi... :)

    ReplyDelete
  2. loh, sama. entah kenapa aku dulu ga mikir masuk ikip ^_^

    ReplyDelete