03 December 2012

DANGKAL DAN MENTAH?

Karena berteman dan following akun siswa di jejaring sosial, saya jadi sedikit tau lebih tentang siswa-siswa saya. Tapi pengetahuan tidak selalu jadi hal yang menyenangkan. Banyak hal yang mungkin akan membuat kita lebih tenang bila kita tidak mengetahuinya, terutama hal-hal yang sulit kita pengaruhi.

Setelah berusaha sekemampuan, saya mengerenyitkan dahi membaca kicauan anak yang tidak puas dengan apa yang terjadi di sekolah, atau anak yang kepingin pindah sekolah karena satu hal remeh. Kalau di kelas saya melihat sosok beberapa siswa sebagai anak lugu, ternyata tak berarti sama ketika menulis status Facebook dan berkicau di Twitter.

Kenyataan ini sebelumnya membuat saya gelisah. Mungkin karena bingung atas penilaian diri sendiri pada orang lain, setengah lagi mungkin dipengaruhi oleh rasa putus asa kenapa pendidikan tak menjadikan mereka lebih matang berpikir.

Suami saya memberi saran: jika ingin tetap berada di socmed, jangan gampang sakit hati. Dan beberapa orang memang punya pikiran pendek.

Jadi saya menyadari, mereka baru 15-18 tahun. Dan saya salah jika mengukur pemikiran dan ucapan mereka dengan mengambil diri sendiri yang ubanan ini sebagi tolok ukur. Bagaimana bisa saya mengharap mereka punya keluasan pandangan, pertimbangan, tanggung jawab, dan kepekaan rasa seperti ibu-ibu beranak tiga?

Ketika saya SMA, begitulah saya juga bersikap. Persis seperti siswa-siswa saya sekarang. Kalau pemikiran anak muda tidak terasa dangkal dan mentah, kemudian apa guna pendidik?

Oh iya, lupa. Mengajarkan mereka cara cepat mengerjakan soal UN.

No comments:

Post a Comment