23 November 2012

"PINJAM RAUTAN YA, BU!"

Tadi, seorang siswa memanggil saya yang sedang berkeliling memeriksa tugas yang sedang dikerjakan siswa.

"Ibu punya rautan ga, Bu?"

Saya menyuruhnya mengambil di tempat pensil saya di atas meja guru, dan dia bangkit, berjalan ke depan kelas, lalu mengorek-ngorek tempat pensil saya.

Tiba-tiba saya jadi ingat dengan istilah 'akrab dominan' yang diperkenalkan oleh seorang tokoh pendidikan, kala bicara bagaimana model hubungan terbaik antara guru dan siswa. Guru harus akrab, namun tak boleh kehilangan wibawa.

Saya sendiri masih berusaha untuk memiliki hubungan 'akrab dominan' ini, sambil mereka-reka apa saya sudah menuju arah yang benar dalam membina hubungan dengan siswa.

Tak banyak (tak ada? hihihi...) anak yang curhat masalahnya pada saya, namun seperti cerita di atas, sepertinya saya tak terlalu berjarak dengan siswa. Mungkin belum bisa dibilang akrab sih, tapi lumayanlah.

Ada guru yang akrab dengan siswa tapi kebablasan. Siswa bicara sembarangan dan berbicara/bersikap seperti pada teman. Ini juga tak baik, karena berarti tak mengenal adab. Istilahnya, akrab tapi tak dominan.

Saya melihat ke sekeliling. Beberapa siswa berjalan-jalan, suara obrolan juga mengambang samar di udara. Memang bukan kelas yang tenang.

Tapi mereka bekerja. Yang berjalan biasanya sedang meminjam spidol warna yang memang dipakai bergantian. Yang mengobrol ternyata membincangkan tugas yang sedang dikerjakan, tidak berteriak-teriak, tapi dengan suara ringan saja. Satu dua siswa berjalan menghampiri saya, membawa tugas setengah jadi, untuk memastikan mereka ada di jalur yang benar.

Ini kelas yang santai, saya kira, namun tetap fokus. Jadi rasanya saya tetap tidak kehilangan dominasi saya di sini.

No comments:

Post a Comment