12 November 2012

KELAS PD BIKIN PD

Sedikit banyak saya merasa iri pada siswa-siswa saya sekarang. Utamanya karena di zaman saya sekolah dulu, belum ada yang disebut dengan pendidikan karakter yang terencana seperti sekarang.

Tapi kami guru-guru di sekolah ini hampir tak tau apa-apa tentang pendidikan karakter ini. Semua guru di sini belum pernah mendapatkan pelatihan resmi tentang pendidikan karakter. Yang kami punya hanya naluri sebagai guru, bahwa siswa tak bisa hanya dicekoki pelajaran saja. Tapi juga harus dibangun jiwanya, diperluas wawasannya.

Sebenarnya pencarian atas bentuk pendidikan karakter di sekolah kami sudah cukup lama juga. Begitu pendidikan karakter mulai digaungkan, dinas pendidikan kota sudah menyuplai buku pegangan untuk guru dan siswa. Penerbit juga menyebar sampel buku pendidikan karakter yang bisa dibeli. Sayang, cara materi itu disajikan sungguh kering dan tidak menginspirasi.

Ada juga materi yang bagus, malah telah di-franchise-kan secara internasional. Sebenarnya saya ngiler berat begitu lihat materi dan tampilan tools-nya. Tapi ya itu, mihil, bo... Akhirnya kami memutuskan, kita buat sendiri aja!

Meski pendidikan karakter seharusnya menyatu dalam pembelajaran, tapi dipandang perlu untuk tetap menjadwalkan satu jam pelajaran sebagai waktu khusus membimbing soft skills siswa. Setiap Rabu pagi, masing-masing guru dengan 20 siswa kelompoknya duduk melingkar. Semacam morning talk, begitu. Kami menyebutnya kelas PD, Pengembangan Diri.

Apa hebatnya program ini? Bukankah sekolah lain juga banyak yang memiliki program serupa? Malah bukan hanya seminggu sekali, tapi setiap hari.

Ya memang ini program biasa saja. Tapi untuk sekolah yang pada siang hari ruangannya digunakan untuk sekolah lain, bahkan 45 menit untuk jam 'ngobrol-ngobrol dengan siswa' ini sulit sekali dapat tempat di antara sesaknya kurikulum. Solusinya? Kami mengorbankan jam pelajaran. Dan hasilnya sama sekali tidak merugi.

Adalah Fahrudin, guru IPS, yang merangkum semua materi yang bisa kami dapat. Guru-guru PD yang lain mengumpulkan berbagai materi dari buku, internet, majalah, tabloid, dan sumber lain. Fahru kemudian menyortirnya, mana yang cocok untuk kelas X, kelas XI dan kelas XII. Lalu program semesternya dibuat. Semua proyek ini dilakukan tanpa bayaran.

Maka inilah yang kami jalani tiap hari Rabu pagi, Kelas PD namanya. Kami tak punya taman rindang apalagi saung, jadi kami menggunakan masjid,  perpus,  kelas, lapangan, mana saja yang memungkinkan untuk anak-anak duduk melingkar bersama mentor PD mereka.

Program kelas X difokuskan pada kecakapan pribadi. Materinya antara lain tentang perbedaan karakter, mendeteksi perubahan diri, pemahaman pada orang lain, kiat berteman, mengatur jadwal, sikap dan pikiran positif, keluarga dan teman, data sosiogram, pengendalian diri, tes gaya belajar, sikap belajar, dan menyontek.

Saya sendiri memegang salah satu kelompok kelas X.

Program kelas XI membahas kecakapan sosial. Materinya antara lain tentang laras bahasa, sikap asertif, respon pada pendapat orang, ekspresi positif, etika diskusi, hubungan remaja, kepedulian sosial, membaca boigrafi, dan terakhir, proyek tentang mimpi dan cita-cita.

Program kelas XII sebagai kelas tertinggi lebih ditujukan pada persiapan tentang kehidupan setelah lulus. Materinya antara lain tentang jenjang pendidikan tinggi, profesi dan karir, genogram, bakat dan minat, kewirausahaan, masalah pengangguran, masalah TKW/TKI, hingga persiapan pernikahan dan pernikahan dini

Di kelas XII, terlihat sekali siswa lebih banyak memegang peranan dibanding kelas-kelas sebelumnya. Keseruannya sudah mulai ketika siswa mengadakan talent show, di mana tiap orang mempertunjukan bakat dan minat yang mereka punyai.

Untuk materi kewirausahaan, siswa mencari profil pengusaha di lingkungan mereka, mewawancarai, dan mempresentasikannya. Setelah itu mereka membentuk kelompok usaha dan memulai proyek berjualan di sekolah. Tiap istirahat, kantor guru dipenuhi anak kelas XII yang berjualan, mulai coklat, kripik, sampai cupcake wortel dan bayam. Terakhir, mereka akan membuat laporan tertulis tentang proyek kewirausahaan ini.

Dengan keterbatasan pengetahuan kami tentang pendidikan karakter, soft skills, bimbingan konseling atau apapun namanya, inilah ikhtiar sederhana untuk para siswa. Harapannya, Kelas PD (Pengembangan Diri) bisa ikut mempersiapkan para siswa agar lebih PD (Percaya Diri) menghadapi dunia nyata

Dulu ketika sekolah, tak ada program seperti ini di sekolah saya. Jadi sekarang, bagaimana mungkin saya tak merasa iri ^_^?

No comments:

Post a Comment