Tapi kami guru-guru di sekolah ini hampir tak tau apa-apa tentang pendidikan karakter ini. Semua guru di sini belum pernah mendapatkan pelatihan resmi tentang pendidikan karakter. Yang kami punya hanya naluri sebagai guru, bahwa siswa tak bisa hanya dicekoki pelajaran saja. Tapi juga harus dibangun jiwanya, diperluas wawasannya.
Sebenarnya pencarian atas bentuk pendidikan karakter di sekolah kami sudah cukup lama juga. Begitu pendidikan karakter mulai digaungkan, dinas pendidikan kota sudah menyuplai buku pegangan untuk guru dan siswa. Penerbit juga menyebar sampel buku pendidikan karakter yang bisa dibeli. Sayang, cara materi itu disajikan sungguh kering dan tidak menginspirasi.
Ada juga materi yang bagus, malah telah di-franchise-kan secara internasional. Sebenarnya saya ngiler berat begitu lihat materi dan tampilan tools-nya. Tapi ya itu, mihil, bo... Akhirnya kami memutuskan, kita buat sendiri aja!
![P25-08-10_11.38[01]](http://belajarseru.com/wp-content/uploads/2012/11/P25-08-10_11.3801-300x225.jpg)
Apa hebatnya program ini? Bukankah sekolah lain juga banyak yang memiliki program serupa? Malah bukan hanya seminggu sekali, tapi setiap hari.
Ya memang ini program biasa saja. Tapi untuk sekolah yang pada siang hari ruangannya digunakan untuk sekolah lain, bahkan 45 menit untuk jam 'ngobrol-ngobrol dengan siswa' ini sulit sekali dapat tempat di antara sesaknya kurikulum. Solusinya? Kami mengorbankan jam pelajaran. Dan hasilnya sama sekali tidak merugi.
Adalah Fahrudin, guru IPS, yang merangkum semua materi yang bisa kami dapat. Guru-guru PD yang lain mengumpulkan berbagai materi dari buku, internet, majalah, tabloid, dan sumber lain. Fahru kemudian menyortirnya, mana yang cocok untuk kelas X, kelas XI dan kelas XII. Lalu program semesternya dibuat. Semua proyek ini dilakukan tanpa bayaran.

Program kelas X difokuskan pada kecakapan pribadi. Materinya antara lain tentang perbedaan karakter, mendeteksi perubahan diri, pemahaman pada orang lain, kiat berteman, mengatur jadwal, sikap dan pikiran positif, keluarga dan teman, data sosiogram, pengendalian diri, tes gaya belajar, sikap belajar, dan menyontek.
Saya sendiri memegang salah satu kelompok kelas X.
Program kelas XI membahas kecakapan sosial. Materinya antara lain tentang laras bahasa, sikap asertif, respon pada pendapat orang, ekspresi positif, etika diskusi, hubungan remaja, kepedulian sosial, membaca boigrafi, dan terakhir, proyek tentang mimpi dan cita-cita.
Program kelas XII sebagai kelas tertinggi lebih ditujukan pada persiapan tentang kehidupan setelah lulus. Materinya antara lain tentang jenjang pendidikan tinggi, profesi dan karir, genogram, bakat dan minat, kewirausahaan, masalah pengangguran, masalah TKW/TKI, hingga persiapan pernikahan dan pernikahan dini

Untuk materi kewirausahaan, siswa mencari profil pengusaha di lingkungan mereka, mewawancarai, dan mempresentasikannya. Setelah itu mereka membentuk kelompok usaha dan memulai proyek berjualan di sekolah. Tiap istirahat, kantor guru dipenuhi anak kelas XII yang berjualan, mulai coklat, kripik, sampai cupcake wortel dan bayam. Terakhir, mereka akan membuat laporan tertulis tentang proyek kewirausahaan ini.
Dengan keterbatasan pengetahuan kami tentang pendidikan karakter, soft skills, bimbingan konseling atau apapun namanya, inilah ikhtiar sederhana untuk para siswa. Harapannya, Kelas PD (Pengembangan Diri) bisa ikut mempersiapkan para siswa agar lebih PD (Percaya Diri) menghadapi dunia nyata
Dulu ketika sekolah, tak ada program seperti ini di sekolah saya. Jadi sekarang, bagaimana mungkin saya tak merasa iri ^_^?
No comments:
Post a Comment