08 November 2010

MUDA = NORAK?

"Bbrrrrruuuuummmmm....."
Adik saya menggerutu mendengar suara knalpot mobil yang bikin kuping sakit itu. "Ngapain sih suara knalpot sampe segitu kerasnya. Mending kalo mobilnya bisa ngebut. Ini suaranya doang kenceng, mobilnya sih disitu-situ aja."

Sebagai anak pertama, yang beda usia dengannya berjarak 4 tahun, saya sering merasa lebih dewasa dan melihat adik pertama saya ini 'lebih anak-anak'. Hari ini, mendengar kalimat di atas diucapkan, saya jadi tersadar bahwa jarak kami sudah memendek, dan kini kami secara sosiologis sudah sepantaran. Kenapa demikian? Karena kalimat tersebut menandakan dia sudah tua, sama seperti saya.

Ketika saya menikah (saya menikah di semester 7), dia masih SMA. Nah, motor adik saya ini masih yang model nungging joknya. Apa ya, namanya. Spion dicopot, lampunya juga. Dan ya tentu saja, suara knalpotnya merepet bikin jantungan. Saat itu saya berkata persis sama, "Ngapain sih suara knalpot sampe segitu kerasnya. Mending kalo tu motor bisa ngebut. Ini suaranya doang kenceng, motornya sih disitu-situ aja."

Saat itu, saya dengan sedikit jumawa bisa bilang bahwa saya sudah dewasa dan dia masih anak-anak. Sekarang, adik saya ternyata sudah dewasa juga. Tolok ukurnya adalah udah ga demen sama knalpot berisik, hehehehe...

"Dulu lu juga gitu, Pi," kata saya menanggapi gerutuannya tadi.

"Iya, kok dulu demen sama yang kayak gitu ya. Sekarang jijay ngeliat anak muda begitu."

Kami terbahak, tapi sementara itu memori di otak mulai bermunculan. Teringat betapa konyolnya dulu saya ketika muda. Saya menepuk jidat sampil geleng-geleng dan bertanya, kenapa saya melakukan hal-hal memalukan kayak gitu, ya. Norak, sumpe dah norak abis. Konyol sampe ke ubun-ubun.

Tapi apakah hal-hal tersebut perlu disesali, maksud saya segala kekonyolan-kekonyolan masa muda itu? Apa anak-anak muda di seluruh dunia perlu diberitahu agar tidak melakukan hal-hal 'konyol dan norak'?

Hal ini jadi penting untuk disadari karena sebagai guru, setiap hari saya berurusan dengan anak-anak muda dengan segala 'kekonyolan dan kenorakan' mereka. Kadang saya tak habis pikir bagaimana mereka memandang banyak hal dengan terbalik: abai pada yang penting, sementara hal-hal kecil dibesar-besarkan. Tapi itulah anak muda, melakukan kesalahan adalah ciri mereka, sementara memperbaiki diri adalah tanda bahwa si anak muda ini mulai melangkah menjadi dewasa.

Jadi, don't take it personally kali yah. Ga perlu ngamuk-ngamuk ketika anak-anak muda ini berbuat konyol. Harusnya, dengan memahami bahwa mereka memang sedang belajar, dan karenanya selalu saja bisa kepleset, kita akan mampu menerima 'kekonyolan dan kenorakan' ini.

Kita yang lebih dewasa harus mendampingi prosesnya, menunjukkan alternatif-alternatif,
dan bukan kepingin mereka langsung baik, langsung bertanggung jawab, langsung berpikir panjang, langsung dewasa, secepatnya.

Hmmmm...., kalau saya sendiri, apakah sudah 'dewasa' sekarang ini? Ga tau, ya. Mungkin saja, 20 tahun mendatang, saya dengan rambut putih semua menepuk jidat sambil geleng-geleng dan bertanya, kenapa saya yang sekarang melakukan hal-hal memalukan, padahal udah kepala 3. Aduh, norak banget ga sih, sumpe dah norak abis.

Ah, tapi itupun kalau belum pikun ya....
Atau belum mati....

No comments:

Post a Comment