10 January 2012

JANGAN MATRE!

Sekarang ini, sekolah mahal mah di mana-mana, ga negeri ga swasta. Kenapa mahal? Hayooooo, kenapa coba?

Saya setuju kalau biaya sekolah mahal karena kita harus mengurangi jumlah anak dalam satu kelas. Saya setuju jika sekolah mahal karena harus membayar tenaga lebih banyak guru, atau menaikkan gaji guru agar lebih fokus mengajar. Saya setuju kalau biaya mahal jika kualitas pendidikan memang jempolan, karena untuk itu pasti perlu biaya besar..

Tapi apakah yang disebut jempolan itu?

Apakah kalau ada in focus dan sound system di setiap ruangan berarti kualitasnya jempolan? Apakah kalau fieldtrip ke luar negeri berarti kualitasnya jempolan? Apakah karena ruang ber-AC, ada CCTV, anak pakai laptop, terus artinya jempolan? Bahkan, jikapun perpustakaannya digital, koleksi bukunya ratusan ribu, ada pohon Baobab boleh impor dari Afrika (kayaknya pernah denger kasusnya di manaaaaa gitu ^_~v), apa kualitasnya jadi jempolan?

Karena kualitas sekolah dilihat dari bagaimanan PROSES PEMBELAJARAN, bukan fasilitas yang tersedia.

Tempo hari saya mewakili ibu mengambilkan rapor adik yang sekarang kelas 1 SMP. Di tembok ada tempelan-tempelan tugas siswa, dibuat dari karton berwarna. Isinya ringkasan pelajaran yang dibuat kelompok.


Sebelumnya saya mau istighfar dulu, karena bukan maksud saya untuk tidak menghargai usaha guru yang memberikan tugas ini. Mudah-mudahan ini bisa jadi bahan diskusi kita saja, karena segala hal tentu perlu evaluasi.

Begini maksud saya. Karton berwarna yang ditempel di dinding itu adalah fasilitasnya. Tapi mari kita cermati proses pembelajarannya. Ringkasan ditulis dengan huruf kecil-kecil yang hampir tidak terbaca, hingga penempatannya di dinding kelas sama sekali tidak berpengaruh pada pembelajaran. Perhatikan jjuga bagaimana cara informasi tersebut dituliskan, amat bookish dan tidak melatih keterampilan berpikir anak. Meski tentu saja kita akui, bahwa mungkin ada unsur kerja sama yang hadir di sini.

Ketika datang ke sebuah SMAN di Tangerang, saya dibuat terpesona oleh layar lebar nan tipis sebuah LCD TV yang terpampang di depan ruang guru. Kenapa terpesona? Karena fungsinya hanya menampilkan jadwal pelajaran tiap kelas bergantian. Sayang sekali, IMHO, karena kalau hanya menampilkan jadwal, pakai mading juga bisa.

LCD TV itu berapa ya, harganya? Kalau dijual terus dijadikan biaya pelatihan guru, mungkin akan lebih nyata hasilnya dengan kualitas pembelajaran. Ah, tapi mungkin saja TV itu bantuan pemerintah yah, jadi ga bisa dijual ^_^;.

Jadi begitu kira-kira contoh kecilnya. Meskipun fasilitas sekolah lengkap dan mewah, ada kalanya hal itu tidak memiliki arti yang signifikan bagi pendidikan anak-anak kita. Karena bagaimana fasilitas itu digunakanlah yang akan menentukan mutu pendidikan yang ditawarkan sekolah.

Apalagi, apalagi nih ya.... Orang tua siswalah yang harus MEMBAYAR segala fasilitas yang belum tentu signifikan itu!

Seorang ibu pernah bercita-cita agar anaknya masuk SMPN percontohan di wilayah Jakarta Selatan. Sekolah ini sistemnya berbasis internet. Nilai dipublish lewat internet, orang tua bisa melihat tunggakan spp atau kegiatan anak lewat internet, tugas disubmit lewat internet, ada hotspot di sekolah, dll.

Ketika itu saya berpikir, mudah-mudahan si ibu juga melihat bagaimana cara guru di sekolah itu memanfaatkan internet itu untuk pembelajaran, dan bukan sekedar 'kerennya doang'.

Banyak sekolah sekarang sudah menyediakan peralatan multimedia di kelas. Apakah kualitas pembelajaran jadi meningkat? Di berbagai forum guru banyak ditemukan keluhan bahwa guru sekarang mengajar dengan power point, tapi sebenernya di kelas cuma mengklik tetikus membacakan isi slide. Selebihnya sama saja: kerjakan soal, koreksi bersama, sudah.

Yang parah, kalo siswanya berani nyombong kalo sekolahnya keren karena tiap kelas ada AC dan in focus.

Bagaimana dengan meningkatkan kemampuan menganalisis, memecahkan masalah, mencari solusi, menemukan hubungan, mengkritiisi, berpendapat, kolaborasi, atau paling tidak, BERGEMBIRA ketika belajar?

Jadi, mari jangan matre. Materialistis, alias gandrung pada benda. Baik guru, siswa, orang tua, semua JANGAN MATRE!

No comments:

Post a Comment