11 November 2006

Menyelesaikan "Menemukan Sekolah yang Membebaskan"

Saya sudah menyelesaikan Menemukan Sekolah yang Membebaskan yang ditulis oleh Komunitas Sekolah Alam. Berkali-kali ketika membaca buku itu, mata saya jadi basah. Basah karena rindu. Ya, ada mimpi di hati ini untuk mewujudkan sekolah ‘yang membebaskan’ di tempat saya mengajar. Sekolah yang membuat anak selalu ingin datang. Sekolah yang tidak memebebani anak dengan bayaran yang mahal atau sumbangan ini itu. Sekolah yang menerima anak seutuhnya, menghargai keunikan mereka dan tidak menggolongkan anak kepada ‘anak pintar’ dan ‘anak bodoh,’ atau ‘anak populer’ dan ‘anak pinggiran.’ Sekolah yang mampu menyalurkan semua ekspresi anak didiknya ke arah yang positif. Sekolah yang membumi, bukan menara gading.

Tapi warna kelabunya bukan hanya karena rindu, tapi juga iri. Pendiri Sekolah Alam bukan cuma punya mimpi dan idealisme, tapi juga punya teman-teman yang sevisi. Orang-orang ini rela mandi keringat, mengorbankan waktu, dan digaji sekedarnya untuk mewujudkan sekolah impian mereka. Dan karena itu saya merasa sendiri. Adakah orang yang bisa saya bagi dengannya tentang mimpi ini di sekitar saya? Orang yang masih rapat terbungkus idealisme dan semangat? Saya belum melihat itu. Memiliki mimpi begini di tengah situasi ini, rasanya sepi.

Rabb, mimpi ini sungguh buncah. Keinginan di hati membanjir. Tapi kami hanyalah hambamu yang dhaif. Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang Kau beri nikmat, bukan jalan orang dimurkai dan sesat.

No comments:

Post a Comment