14 December 2013

SCHOOL 2013

Saya baru saja menyelesaikan drama School 2013, direkomendasikan oleh Bu Guru Lea Kesuma. Saya memang menggemari drama bertema sekolah, karena bagaimanapun saya merasa terhubung dengan tema ini. Sekaligus juga untuk diingatkan kembali tentang bagaimana rasanya jadi muda (baca: siswa), sebuah hal yang ternyata tak mudah juga untuk dilakukan.

 full episode with english sub, please check http://dramacrazy.eu/korean-drama/School_2013

Untuk konflik dalam ceritanya sendiri, saya lebih suka Great Teacher Onizuka yang menurut saya lebih nyata memotret permasalahan di sekolah. Meski demikian, yang paling menarik perhatian saya dari School 2013 adalah tokoh Jung In Jae, wali kelas 2-2 yang terkenal 'paling-paling'.

 Teacher Jung In Jae

Berbeda dengan beberapa tokoh guru di drama yang pernah saya tonton, Jung In Jae adalah guru yang.... biasa. Dia tidak bodoh, tapi tidak juga terlalu cemerlang. Dia bukan mantan anggota geng motor (seperti drama yang satunya lagi), atau berasal dari keluarga yakuza (seperti drama yang satunya lagi). Dia juga tidak menggunakan metode mengajar 'gila' semacam menebar paku payung di lantai kelas (seperti drama yang satunya lagi). Kenyataannya, banyak siswa yang tertidur ketika ia mengajar, dan sering kali dia tidak bisa 'menundukkan' siswa bermasalah di kelas.

Dramabeans menggambarkan Guru Jung seperti berikut:
You really get the sense that she’s just trying to make it through the day, and that one crack in one kid’s armor is a victory for her. I love her warmth and her idealism, and the fact that she’s not some angel with all the right answers. She just seems like every young teacher out in the real world, asking herself all the right questions about what on earth her job really is.  

Bener, bener banget! Just trying to make it through the day - not some angel with all the right answers - asking herself all the right questions about what on earth her job really is. 

Bagaimana saya tidak merasa terhubung dengan Guru Jung ini. Untuk banyak sekali hal yang saya temui di dalam kelas, saya sungguh tidak tau cara yang benar untuk menghadapinya. Banyak hal yang saya pikir baik ternyata tidak membuahkan hasil, dan setelah sekian lama, saya akhirnya berdamai dengan segala harapan besar dan mulai mensyukuri sekecil apapun perubahan yang terjadi.

Di antara semua hal yang biasa dalam diri Guru Jung, saya kira yang luar biasa adalah ketahanannya untuk tidak patah hati menghadapi siswa. Ternyata, guru adalah salah satu profesi yang mengalami banyak cinta bertepuk sebelah tangan. Dibela di depan guru lain, tak lama kemudian berulah lagi. Dikonseling, tampaknya sudah mengerti dan saling sepakat, tapi beberapa hari kemudian kambuh lagi. Dijemput dari kantor polisi, dikira sudah tobat, ternyata mengulangi. Ketahanan untuk tidak cepat mutung ini mungkin bisa dimasukkan menjadi kompetensi dasar seorang guru.

Karena berteman dengan siswa di media sosial, saya sedikit banyak mengalami akibatnya: mengetahui lebih jauh tentang kehidupan pribadi mereka. Terus terang, saya melihat banyak hal yang tak menyenangkan. Salah seorang sahabat menyarankan agar tak membawa hubungan antara guru dan siswa ini terlalu jauh ke ranah pribadi, agar tak banyak merasa sakit hati. Tapi ternyata hal itu tak mudah juga dilakukan.

Setelah sepanjang tahun cuap-cuap, dengan segala program yang sudah susah payah diusahakan di antara keterbatasan dana, kok semua seakan tak ada bekasnya? Kenapa tidak ada yang berubah? Ketika membaca status/tweet dan melihat foto siswa yang tak sesuai harapan, saya memang sakit hati. Mungkin karena saya menaruh 'perasaan' dalam pekerjaan ini, apapun namanya. 'Hanya memberi tak harap kembali', a.k.a ikhlas, ternyata memang benar-benar tak mudah.

Dalam School 2013, Guru Jung mencoba selama setahun (tampaknya di Korea dan Jepang, wali kelaslah yang membuka dan menutup seluruh rangkaian pembelajaran tiap hari). Berhasil? Tak semua. Beberapa masalah dibiarkan memiliki akhir terbuka oleh drama ini. Tapi School 2013 adalah drama. Saya, guru di dunia nyata, sepertinya harus mencoba lebih lama lagi. Apakah akan berhasil? Mungkin saja sama, beberapa masalah akan tetap 'terbuka' endingnya.

class 2-2 member, with both of their homeroom teachers

Hal lain yang menarik mungkin adalah bagaimana para siswa dalam drama ini memandang sekolah. Misalnya Jung Woo, anak berkebutuhan khusus tingkat ringan yang memiliki masalah di semua mata pelajaran dan sering dibully. Kenapa dia tetap di sekolah, tak pernah telat dan tak pernah absen?

“I like my school uniform. When I put it on, I feel just like everyone else… normal.”

Dan ini yang ditulis tokoh utama drama ini, Go Nam-soon, ketika mengisi kuisioner dari wali kelas tentang apakah impian dirinya:

“I’m a bad student, I have no dreams, and I don’t like getting hit. But the strange thing is, when I wake up in the morning I automatically head for school. So if you ask why I go to school, I have one answer. Just because.”

Bagaimanapun, mungkin benar kalimat yang dinarasikan di awal drama ini:

 “Where children hide, and adults don’t know—this is school.”



lee jong suk? i know, but i just can't hold myself  XD #crazynoonasclub






2 comments:

  1. sama bu Irma, saya juga sama...cuma judule sebagai ibu RT...tiap hari struggling gimana bisa jadi kyouiku mama. Dah Full di rumah tetep belom bisa ngasih nilai tambah buat anak...hiks. gambarimashou!

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama hikshikshiks....
      ga di rumah ga di sekolah, huwaaa TT_TT

      Delete