14 February 2013

GENOGRAM


Apakah harusnya kelas XII fokus ke UN saja, yah? Apa mereka masih perlu duduk melingkar untuk jam kerohanian di masjid, atau ikut kelas pengembangan diri? Lumayan juga kan, ada 4 jam tambahan untuk belajar. Tapi ga tega deh, rasanya. Kepala mereka udah ngebul kebanyakan latihan soal. Barangkali saja kelas rohis, PD, maupun kelas seni justru bisa menjadi selingan.

Jadi kami duduk lagi di kelas PD. Saya bersama belasan siswa kelas XII, gabungan dari 3 kelas berbeda. Hari itu kami membuat genogram, atau pohon keluarga. Bukan hanya berisi nama, tapi juga pendidikan terakhir dan pekerjaan sekarang.


Apa adanya kita sekarang adalah hasil bentukan nature+nurture, dan keluarga jelas memegang peranan besar mengatur cara pandang kita terhadap sesuatu, termasuk tentang pendidikan dan jenis pekerjaan. Meskipun semua siswa pasti hapal apa pendidikan terakhir dan pekerjaan orang tuanya, tapi kebanyakan belum 'ngeh' sebelum dipetakan seperti ini. Maka saya meminta anak-anak membuat genogram.

Saya teringat salah satu anak di kelas XII, kira-kira 2 tahun yang lalu. Ketika saya bertanya apa rencananya setelah lulus SMA, dia menjawab, "Akan bekerja di pengeboran minyak lepas pantai."

Wow, itu jenis pekerjaan yang tak pernah saya bayangkan akan keluar dari murid saya, seorang siswa SMA di Ciledug, Tangerang. Ketika saya tanya kenapa demikian, dia bilang ingin ikut kakaknya yang sudah lebih dulu bekerja di sana. Oh, ternyata begitu. Ini menjelaskan tentang pengaruh keluarga/lingkungan pada pilihan pendidikan dan karir kita.

Seperti juga pada kenyataan bahwa setiap tahun saya menyodorkan persyaratan beasiswa ke luar negeri pada siswa-siswa kelas XII, tapi ternyata tak seorang pun berani mencoba. Bahkan mencoba saja tidak berani. Kuliah di luar negeri sepertinya jauh sekali dari dunia mereka, dan sulit dibayangkan. Mungkin saja karena tak seorangpun dari orang-orang terdekat mereka yang memiliki pengalaman tersebut, hingga tampaknya impossible.

Kembali ke genogram, saya membaca hasil genogram yang dibuat para siswa dan menemukan beberapa hal menarik. Banyak profesi terbaca di sana, dari guru, supir taksi, ibu rumah tangga, wartawan, sales, pedagang, buruh, petani, sampai pengrajin sepatu.

Saya bertanya pada mereka, adakah yang sudah pernah mengobrol dengan pamannya yang wartawan, atau kakaknya yang menjadi kasir supermarket? Tentang bagaimana asyiknya wartawan, atau bagaimana cara melamar kerja di supermarket. Adakah yang sudah meminta tips bagaimana berdagang atau bagaimana cara memasarkan sepatu? Kalau bapaknya petani, adakah yang menjadikannya inspirasi dalam memilih jurusan saat kuliah? Kalau kebanyakan keluarganya hanya lulusan SD, adakah yang berniat menjejaki pendidikan tinggi?

Lalu kenapa tidak terpikir 'menggunakan' teman sendiri? Ngobrol dengan kakaknya teman yang bekerja di showroom mobil, belajar memelihara ternak dari ayah teman yang petani, atau belajar manajemen warung dari teman yang keluarganya nge-warung.


Inilah serunya menjadi mentor kelas pengembangan diri. Saya bisa melihat jiwa-jiwa muda yang punya kesempatan tak terbatas untuk tumbuh, potensi yang bisa kita, para guru, bangunkan dan dorong keluar. Mudah-mudahan saja materi genogram bisa berguna untuk anak-anak ini dalam membangun masa depan mereka.




No comments:

Post a Comment