17 August 2010

17 AGUSTUS TAHUN INI

Hari ini, ketika bendera merah putih dikerek naik oleh tim paskibra sekolah, saya bertanya-tanya dalam hati,

"Tidakkah para pahlawan yang kita doakan di setiap upacara bendera itu pernah berpikir, bahwa kekuatan bambu runcing dan senjata tradisional mereka pasti tak akan mampu menang melawan senjata mesin penjajah? Pemberontakan dilakukan, dan pada akhirnya para pejuang gugur tertembak, dan pemimpinnya diasingkan atau dihukum mati.

Lalu kenapa perjuangan itu tetap berlanjut, dan rakyat tetap mau merelakan hidup dan harta? Kenapa mereka tak menyerah saja?"

Sementara itu, bukan satu dua, tapi banyak guru menangis dalam hati ketika ujian nasional berlangsung. Banyak guru resah pada komersialisasi pendidikan. Banyak guru khawatir karena pendidikan di Indonesia makin jelas terkasta-kasta. Banyak guru yang tertekan, karena perubahan yang berusaha mereka lakukan justru membuat gerah banyak pihak.

Sayang guru-guru yang peduli ini tak punya daya untuk mengubah sistem yang kacau balau. Mereka juga tak punya cara untuk bicara di media massa atau diwawancarai jurnalis televisi. Mereka cuma bisa mempengaruhi siswa-siswa sendiri, berusaha memutar otak mencari jalan ketika terhalang tembok bernama biaya, tembok bernama sistem, tembok bernama pengaruh televisi dan internet, tembok bernama stagnansi pemikiran.

Lalu kenapa mereka juga tak menyerah saja?

Banyak analisis mengenai kemerdekaan yang dicapai Indonesia pada 17 Agustus 1945. Apakah diberikan oleh pemerintah Jepang, atau diperjuangkan oleh tangan kita sendiri? Apakah itu semata-mata karena kondisi politik dunia pasca berakhirnya perang dunia kedua, ataukah karena kita berhasil mengalahkan penjajah?

Saya tidak begitu paham sejarah. Tapi yang ada di kepala saya, Bahwa Soekarno bisa membacakan teks proklamasi 65 tahun yang lalu adalah karena Allah mengizinkan hal itu terjadi. Setelah perjuangan pahlawan yang lama dan kelihatan mustahil itu, Allah menakdirkan kita merdeka.

Kalau begitu, kalau begitu, mungkin para guru memang tak bisa menyerah. Mungkin kelihatannya mustahil mengubah sistem, dan pendidikan yang berkualitas dan merata di Indonesia adalah angan yang jauh. Tapi kita tidak akan menyerah, meski pendek jangkauan tangan kita, terbatas kemampuan yang kita punya.

Hingga pada akhirnya nanti, pada waktu yang telah ditentukanNya, Allah akan mengizinkan cita-cita kita untuk semua anak-anak Indonesia akan terwujud.

Amin....


Ramadhan, 17 Agustus 2010

No comments:

Post a Comment