Akhirnya pulang juga tim asesor (ini nulisnya gimana: assesor, asessor, assessor, asesor?) setelah empat jam lebih memeriksa segala sesuatu di sekolah. Mulai dari puter-puter periksa sarana dan lingkungan, periksa berkas administrasi (sila bayangkan delapan meja belajar yang penuh sesak dengan gunungan kertas), sampai wawancara ke staf dan guru. Sekarang tinggal menunggu hasilnya. Lalu? Ya, lalu saatnya kita memujiNya, atas segala kemudahan yang Ia berikan.
Prosesnya berjalan dengan lancar. Cerita beberapa kolega tentang proses akreditasi yang menakutkan tidak banyak kami rasakan. Tim asesor dari Badan Akreditasi Daerah (Basda) yang datang berlatar belakang pengawas SMA dan akademisi IAIN. Mereka tak minta macam-macam dan tidak mengintimidasi. Pertanyaan yang diajukan juga tidak mengada-ada. Normal!
Apa kira-kira hasilnya nanti? Entah, tapi ternyata eh ternyata, bukan hasil akreditasi yang lebih dulu membuat saya bersyukur dan bangga. Lebih dari itu, yang paling berharga adalah prosesnya. Jelas, dengan adanya akreditasi, semua jadi rapi tersusun, terdata dan terencana. Walaupun pendidikan sama sekali berbeda dengan administrasi pendidikan, tapi bukankah ketertiban ini merupakan hal yang baik dalam menunjang proses pembelajaran?
Tadi baru yang pertama. Selanjutnya, akreditasi membuat saya lebih mengenal banyak orang. Siapa yang berdedikasi, siapa yang perlu terus dimotivasi, siapa yang bersahabat, siapa yang rela berkorban, siapa yang kurang berkerja sama. Mungkin tanpa kerja berat seperti persiapan akreditasi, saya tidak pernah tahu semua ini.
Ada lagi. Ketika di hari-hari akhir persiapan visitasi, ada banyak orang di kantor SMA. Bukan hanya staf SMA, tapi juga dari SMP dan SMK. Mereka membantu perispan, bahkan ikut sibuk pada hari H: Mencetak beberapa file yang dibutuhkan agar staf SMA tidak terpecah konsentrasinya ketika sedang menghadapi asesor, sampai menyiapkan makan siang di kelas sebelah. Saya memahami semua ini sebagai makna dari satu kata: ukhuwwah.
Yah, akreditasi telah selesai. Hasilnya belum keluar, tumpukan kertas masih menggunung di meja-meja, dan tugas berikutnya untuk persiapan kenaikan kelas dan ujian nasional tak kalah beratnya. Tapi sekarang, mari kita ucapkan hamdalah sepenuh hati, alhamduliLlah, dan…. Mari nikmati liburan akhir tahun ini!
C’ya next year!!!
30 December 2006
05 December 2006
katesiape?
Sudah awal pekan lagi nih, rekans. Semoga rencana awal pekan ini bisa terlaksana dengan lancar, ya.
Mungkin dah banyak yang pada tau, ya, kalau pendidikan dasar dan menengah umum di tanah air kita sedang diusahakan untuk sinambung. Jadi SD kelas I-VI, SMP kelas VII-IX, SMA (kembali ke SMA lagi) kelas X-XII. Penjurusan dimulai di kelas XI.
Kurikulum terbaru sekarang namanya KTSP, yang merupakan singkatan dari KaTeSiaPe. Hehehe, bukan, bukan. Maksudnya, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Ringkasnya, ini adalah kurikulum yang dibuat sekolah dan disahkan Dinas Pendidikan. Jadi sekolah bisa mendesain kurikulum yang sesuai dengan visi misinya, dengan input yang ada, juga dengan kebutuhan masyarakat lingkungan sekolah.
Ujian nasional kabarnya tidak akan dihapus, malah standarnya dinaikkan. Mengingat kekacauan ujian nasional tahun lalu, kita masih menunggu keputusan mendiknas soal sistem dan mekanisme ujian nasional tahun ini.
Itu sekilas info. Yang jelas, ada banyak hal yang harus diperbincangkan tentang sistem baru ini. Apalagi dalam penerapannya. Mudah-mudahan saja bisa memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia.
Dalam sebuah buku, Hernowo pernah bilang yang kira-kira isinya adalah bahwa kita tidak mungkin merubah sistem. Kita akan putus asa bila ingin merubah sistem. Yang paling penting untuk diubah adalah diri kita. Saya yang bekerja di sekolah setuju dengan pendapat ini. Sistem Pendidikan Nasional, wah, kata-kata itu terlalu tinggi bagi saya. Saya tidak mengerti, belum sampai sana. Yang saya lakukan sekarang adalah berazam untuk berbuat yang terbaik utnuk satuan pendidikan yang terdekat dengan saya, apapun sistem yang diterapkan pemerintah. Begitu.
Sukses ya, semuaaa....
Mungkin dah banyak yang pada tau, ya, kalau pendidikan dasar dan menengah umum di tanah air kita sedang diusahakan untuk sinambung. Jadi SD kelas I-VI, SMP kelas VII-IX, SMA (kembali ke SMA lagi) kelas X-XII. Penjurusan dimulai di kelas XI.
Kurikulum terbaru sekarang namanya KTSP, yang merupakan singkatan dari KaTeSiaPe. Hehehe, bukan, bukan. Maksudnya, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Ringkasnya, ini adalah kurikulum yang dibuat sekolah dan disahkan Dinas Pendidikan. Jadi sekolah bisa mendesain kurikulum yang sesuai dengan visi misinya, dengan input yang ada, juga dengan kebutuhan masyarakat lingkungan sekolah.
Ujian nasional kabarnya tidak akan dihapus, malah standarnya dinaikkan. Mengingat kekacauan ujian nasional tahun lalu, kita masih menunggu keputusan mendiknas soal sistem dan mekanisme ujian nasional tahun ini.
Itu sekilas info. Yang jelas, ada banyak hal yang harus diperbincangkan tentang sistem baru ini. Apalagi dalam penerapannya. Mudah-mudahan saja bisa memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia.
Dalam sebuah buku, Hernowo pernah bilang yang kira-kira isinya adalah bahwa kita tidak mungkin merubah sistem. Kita akan putus asa bila ingin merubah sistem. Yang paling penting untuk diubah adalah diri kita. Saya yang bekerja di sekolah setuju dengan pendapat ini. Sistem Pendidikan Nasional, wah, kata-kata itu terlalu tinggi bagi saya. Saya tidak mengerti, belum sampai sana. Yang saya lakukan sekarang adalah berazam untuk berbuat yang terbaik utnuk satuan pendidikan yang terdekat dengan saya, apapun sistem yang diterapkan pemerintah. Begitu.
Sukses ya, semuaaa....
Subscribe to:
Posts (Atom)