27 February 2017

MERDEKA BELAJAR DI RUMAH

Sebagai homeschoolers, anak-anak saya memang cenderung belajar tanpa dibatasi tembok kelas, dan terbiasa memilih cara belajar mereka sendiri. Ketika terpapar dengan konsep Merdeka Belajar dari Kampus Guru Cikal, saya kemudian menggunakan konsep ini untuk berefleksi atas proses yang kami jalani di rumah, sambil menambal apa-apa yang ternyata saya lewatkan.

Awalnya bermula dari Temu Pendidik di Bandung yang tidak bisa saya hadiri karena bersamaan waktunya dengan kejuaraan wilayah U14 Perbasi Jakarta Pusat yang diikuti oleh Si Sulung, dan kejuaraan wilayah U12 Jakarta Selatan yang diikuti oleh Si Tengah. Sebagai 'balas dendam', saya akhirnya menerapkan konsep Merdeka Belajar pada kegiatan bola basket anak-anak saya ^_^.

Kemarin suami saya menemani Si Sulung pada pertandingan final di Gelanggarang Remaja Pulogadung, lalu menjemput saya yang sedang menemani Si Tengah pada laga pertamanya di Gelanggang Remaja Pasar Minggu. Sudah dua tahun ini Sabtu-Minggu kami sekeluarga memang dihabiskan di lapangan-lapangan basket dan dari GOR ke GOR.

Di mobil dalam perjalanan pulang, saya membuka obrolan tentang Merdeka Belajar, yang akan membuat pembelajar berdaya menjalani pembelajaran apapun tanpa perlu tergantung pada hal-hal di luar diri mereka, semisal perintah guru, ancaman nilai, atau ketersediaan fasilitas. "Apakah kalian ingin tertarik?" 

Betapa senang hati ini ketika mereka merespon dengan antusias.

Saya menjelaskan 3 konsep penting dalam merdeka belajar, yaitu Komitmen, Kemandirian, dan Refleksi.

Bagi Si Sulung (13th) yang bersama timnya alhamdulillah memenangkan final wilayah dan melaju ke kejuaraan daerah di tingkat provinsi, kegiatan awal yang dia lakukan akan dimulai dari refleksi. Suami saya membantu Si Sulung menggali lewat pertanyaan tentang hal-hal apa saja yang akan jadi titik pijak kegiatan refleksinya.

Sedang bagi Si Tengah (10th) yang baru memulai laga pertama di kejuaraan wilayah, saya memintanya menyatakan komitmen belajar secara tertulis.

Hari ini, sambil menunggu makanan pesanan kami tersaji di sebuah restoran keluarga, anak-anak memulai kegiatan yang telah kami bicarakan sebelumnya. 

Karena bola basket bukan kegiatan wajib di keluarga kami (yang wajib itu.... solat ^_^), tak berapa sulit bagi Si Tengah untuk menemukan tujuan belajarnya. Justru refleksi yang dijalani oleh Si Sulung lebih memerlukan pendampingan. 

Refleksi diri yang kami butuhkan bukan hanya perasaan suka/tidak suka atau menarik/membosankan, tapi bagaimana Si Sulung menilai perjalanan dirinya sendiri, mencakup tantangan yang telah dan belum teratasi. Refleksi ini akan segera digunakan untuk membuat komitmen belajar yang baru, yang targetnya adalah final kejuaraan daerah untuk mendapatkan tiket menuju ke kejuaraan nasional setelah lebaran nanti. 

Kegiatan ini baru langkah sangat awal dari keseluruhan proses Merdeka Belajar. Pasti perlu diulangi berkali-kali sebelum konsep Merdeka Belajar menjadi keterampilan hidup yang menetap dalam diri mereka. Semoga Allah memampukan kami dalam menemani anak-anak menjapa tujuan penciptaan yang telah digariskanNya.