27 September 2013

SADAR KAMERA

Kemarin, kepala sekolah memasang video di kelas saya. Nah, itulah kenapa saya pakai baju hitam, supaya 'ilusi' langsingnya dapet ;D. Saya siapkan perangkat belajar benar-benar, juga menghafal kalimat-kalimat Bahasa Inggris agar tidak pletat-pletot seperti biasanya.

Minggu sebelumnya, saya menghadiri pelatihan Membaca Lantang di Credo. Kami menonton video guru mengajar siswa di kelas, kemudian membahasnya. Kesimpulannya adalah bahwa kelas yang berhasil ditunjukkan oleh anak-anak yang lebih tenang, fokus pada kegiatan pembelajaran, dan partisipatif.

Baiklah.... Berbekal banyak hal di kepala, saya mulai mengajar Sejarah di kelas XI Social.

Di awal-awal, KBM berjalan cukup lancar. Tapi makin lama..... Hadeeeeh.... *tutupmuka*

Siswa ABK kami mengutak-atik kamera, lapbook berjatuhan karena dinding kelas (kebetulan tidak permanen) bergoyang karena aktifitas kelas sebelah, siswa mengajak saya ngobrol OOT dan melebar ke gosip bakso tikus, dan banyak siswa lain mampir ke kelas dan ikut mejeng di depan kamera, dari kelas XI Science, XII Social, sampai Mr. Faruq (English supervisor kami) ikut mampir.

Sementara itu, Bahasa Inggris saya makin lama makin compang-camping, hahaha....


Apakah saya gagal?

Sebenarnya saya tidak merasa gagal. Memang beginilah suasana belajar di kelas saya; riuh, anak-anak jalan-jalan dan mengobrol, singkatnya: chaotic! Biasanya saya tidak terganggu, karena memang saya sendiri yang menginisiasi cara belajar seperti ini.

Biasanya di awal saya menjelaskan apa yang akan kami lakukan hari itu, memberi tugas, dan menerima konsultasi sambil mengingatkan berapa lama lagi waktu tersisa. Saya tidak begitu peduli bagaimana tugas itu dikerjakan asal selesai tepat waktu. Jadi siswa memang diizinkan berkeliling melihat pekerjaan teman untuk mendapat inspirasi (karena memang tidak bisa plagiat), boleh sambil ngobrol, sambil makan ringan, sambil dengar musik lewat speaker kelas. Tiap orang bisa menyelesaikan tugas sesuai gaya dan kecepatan masing-masing (lessonplan pengkapnya bisa lihat di sini).

Tapiiiiiii..... Kalau direkam kamera tuh gimanaaaaa gitu rasanya. Ada keinginan untuk jadi guru teladan, bwahahaha....

Karena sadar ada kamera, saya jadi merasa bisa melihat proses belajar kami dari kaca mata orang luar. Saya jadi bertanya-tanya, apakah kelas kami efektif? Yah, mungkin memang menyenangkan. Tapi apakah efektif? Apakah anak-anak ini aktif HOT-nya? Bagaimana dengan penanaman karakter, apakah terasakan dengan nyata di kelas? Apakah saya mengabaikan latihan konsentrasi? Apakah saya terlalu unschooling ;D?

Pertanyaan-pertanyaan di atas benar-benar membuat saya kembali mengevaluasi cara saya menemani mereka belajar.

Alhamdulillah, karena sadar kamera, jadi banyak hikmah yang bisa dipetik. Kadang, adanya 'mata' lain di kelas kita itu penting!