30 October 2012

GURU KEPO

Saya memang kepo sama siswa, alias mau tauuuu aja! Dan baru saya sadari, keponya guru ternyata beragam caranya. Saya sendiri kurang nyaman kalau bicara secara pribadi semacam sesi konseling, dan lebih memilih melakukan bersama dengan banyak siswa di kelas.

Ternyata eh ternyata, salah satu sifat yang tidak disukai siswa dari guru adalah KEPO, hahahaha.... Ini saya ketahui ketika meminta anak mengumpulkan hal-hal yang yang mereka tidak sukai dari guru. Saat itu kami sedang berada di kelas PD, membahas tentang konflik yang terjadi antara remaja dengan teman, guru dan orang tua, serta bagaimana mengatasinya.

(Kelas PD, atau Pengembangan Diri, adalah kelas ngobrol-ngobrol. Semacam morning talk, di mana satu guru memandu <20 siswa, membahas pengembangan pribadi, sosial, dan karir)

Jadi, apa yang disebelin siswa dari kita para guru? Ini daftar panjangnya:

Bikin bete
Omongan ketinggian
Pelit (nilai, kayaknya)
Sok Jagoan
Ga mendengarkan
Galak
Sok galak
Kepo
Ngasih tugas kebanyakan
Kalo menerangkan ga jelas
Ga semangat pas ngajar
Sok pinter
Ngajarnya bikin ngantuk
Main HP di kelas
Jaim
Maunya menang sendiri
Sensitif banget
Pilih kasih sama anak pinter
Ngomong kecepetan
Membandingkan dengan kelas lain
Marah-marah ga jelas
Membosankan

Hahahaha.... Ternyata saya sudah lupa gimana rasanya jadi siswa. Membaca daftar ini, saya langsung berpikir, "Wih, dulu gue juga ngalamin!", persis seperti yang siswa-siswa saya rasakan. Aneh kan, ketika jadi guru, saya melakukan hal yang dulu saya benci. Jadi daftar ini membuat saya introspeksi diri kembali.

Sebagai guru, yang juga orang tua, saya juga tertarik ada daftar hal-hal yang disebelin anak dari ortunya. Ini daftarnya:

Ga ngertiin anak
Galak
Terlalu mengatur
Pilih kasih
Cepat tersinggung
Pelit
Kalo nyuruh kebanyakan
Khawatir berlebihan
Egois
Jarang ngajak jalan bareng
Ngga perhatian
Membandingkan dengan anak lain
Telalu menuntut
Terlalu sibuk
Curigaan
Berprasangka
Bertengkar di depan anak
Main tangan kalau marah

Tak cukup waktu. Kelas PD hanya 45 menit, jadi beberapa menit terakhir kami gunakan untuk berefleksi dan membangun empati. Siswa diminta membayangkan diri jadi orang tua, lalu mereka menjawab pertanyaan, "Anak kamu bilang, sebagai orang tua, kamu itu terlalu ngatur. Benarkah itu? Kenapa?"

Setelah itu, mereka diminta membayangkan diri jadi guru, lalu menjawab pertanyaan, "Siswa kamu bilang, sebagai guru, kamu itu sok jagoan. Benarkah itu? Kenapa?"

Terakhir, siswa mejawab pertanyaan berkaitan dengan teman, yaitu, "Teman kamu bilang, kamu itu egois. Benarkah itu? Kenapa?"

Menempatkan diri dalam posisi orang lain diharapkan bisa membuat siswa dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda. Misalnya dalam pertanyaan ketiga, beragam jawaban dilontarkan tentang kenapa mereka bisa egois. Misalnya:

"Karena saya harus membela diri. Semua orang juga begitu."
"Karena ada hal yang teman saya ga perlu tahu."
"Saya ga egois. Tiap orang kan beda2 pendapatnya."

Lalu kami berlari-lari kembali ke kelas, karena saya telah menggunakan beberapa menit dari jam pelajaran untuk membahas materi Kelas PD kali ini.